Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aliansi Cerdas Banten dan Lampung Kuasai Politik Niaga Nusantara

28 September 2025   07:00 Diperbarui: 25 September 2025   12:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abad ke-16 adalah masa yang riuh. Peta kekuatan di Jawa bergeser terus. Kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara naik daun, dengan Demak dan Cirebon menonjol.

Di tengah arus itu, Kesultanan Banten lahir dan cepat tumbuh menjadi pemain baru. Kesultanan ini didirikan Maulana Hasanudin sekitar 1526 (Arsip Nasional Republik Indonesia, ANRI).

Banten tidak meniru pola lama. Mereka memilih jalur berbeda: bukan langsung menyerang Kerajaan Sunda, melainkan menata fondasi kekuasaan lebih dulu. Pandangannya menyeberang laut, ke Lampung di Sumatra (Tirto.id, 2023). Kelak, langkah ini terbukti jitu.

Pilihan itu bukan spontan. Ini hitungan geopolitik jangka panjang. Maulana Hasanudin memindahkan pusat pemerintahan dari Banten Girang di pedalaman ke Surosowan di pesisir (Kemdikbud).

Keputusan tersebut menjadi pernyataan visi yang mengubah arah Banten. Ia bertransformasi menjadi kesultanan maritim yang kosmopolit, terbuka pada arus perdagangan internasional.

Untuk mewujudkannya, Banten butuh mitra dan pasokan daya. Lampung yang kaya lada menjawab kebutuhan itu. Saat itu Lampung belum memiliki kerajaan besar; wilayahnya diatur para pemimpin lokal dalam sistem keratuan kecil yang saling bersaing (Tirto.id, 2023). Peta politik yang terpecah ini menjadi celah emas bagi Banten.

Di permukaan, hubungan keduanya terlihat setara, seolah aliansi. Catatan sejarah memberi gambaran lebih rumit. Piagam Dalung Kuripan menunjukkan adanya hierarki simbolik (Tirto.id, 2023).

Banten diposisikan sebagai kakak, Lampung sebagai adik. Struktur itu ditegaskan dengan praktik upeti atau hadiah dari para penguasa Lampung kepada Sultan Banten (Arsip Nasional Republik Indonesia, ANRI).

Lebih tepat menyebutnya hegemoni, atau pola patron-klien. Banten berperan sebagai pelindung kuat, sementara penguasa di Lampung menjadi klien yang setia, menyerahkan loyalitas dan sumber daya. Ekspansi pengaruh ini berlangsung lewat diplomasi yang relatif damai.

Bagi Banten, manfaatnya nyata. Akses pada perdagangan lada dunia bisa diamankan. Lada adalah komoditas paling dicari ketika itu, terutama di pasar internasional yang ramai (Britannica).

Keuntungan ekonomi yang besar ini menyokong kekuatan militer dan menstabilkan politik internal kesultanan. Dari sisi Lampung, pilihan tersebut juga pragmatis. 

Keratuan-keratuan di sana memperoleh perlindungan dari ancaman luar seperti Palembang dan Mataram, serta jaminan akses pasar untuk hasil bumi mereka (Tirto.id, 2023). Keduanya sama-sama diuntungkan.

Dengan fondasi ekonomi yang kokoh, Banten menumbuhkan kekuatan militer memadai untuk menghadapi Kerajaan Sunda. Puncaknya terjadi pada 1579 ketika pasukan Banten menaklukkan Pakuan Pajajaran, ibu kota Sunda (Kompas, 2021).

Keberhasilan itu menutup riwayat Kerajaan Sunda dan mengukuhkan posisi Banten sebagai penguasa tunggal di Pasundan. Kemenangan seperti ini sulit terbayang tanpa dukungan sumber daya dari Lampung dan loyalitas penduduknya.

Aliansi Banten-Lampung menjadi salah satu pilar utama yang mengangkat kejayaan Banten selama berabad-abad. Banten pun berdiri sebagai pusat kekuatan politik yang disegani di Nusantara (Kemdikbud). Warisan aliansi ini tetap penting hingga kini.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun