Jamu bukan cuma ramuan herbal. Ia menyimpan tradisi, pengetahuan lokal, juga daya tahan menghadapi modernisasi. Sudah lama berakar di masyarakat.
Belakangan, muncul narasi baru yang seru. Bahwa kebangkitan jamu di kalangan anak muda.
Ceritanya tentang adaptasi. Jamu masuk ke budaya pop, dari kafe hingga musik.
Untuk melihatnya jernih, kita butuh bingkai yang lebih luas. Ini warisan berharga yang terus hidup dan terus berubah.
Keresahan mendiang Arswendo Atmowiloto pernah terdengar. Ia menggagas jamu sebagai identitas nasional, identitas yang aman dan membanggakan.
Kini jawabannya sudah ada. Budaya sehat berbasis jamu resmi menjadi WBTb, dan itu WBTb ke-13 Indonesia.
Jamu pun masuk daftar UNESCO pada 6 Desember 2023. Pengakuan ini lahir dari perjuangan panjang dan menjadi bukti bahwa jamu tetap bernapas.
Anak muda memberi jamu ruang khusus di hati mereka. Pelan tapi pasti, jamu hadir di stan acara anak muda, menjadi opsi non-kopi di kafe, disulap jadi mocktail unik, juga tampil sebagai suplemen harian.
Muncul bermacam jenama dan kafe yang mengusung rempah Nusantara. Musik ikut mendorong. Lagu "Kita, Jompo Muda" dari Rara Sekar ramai disukai.
Rara bercerita tentang inspirasi personal, tentang rasa "kretek-kretek" di usia 30-an. Baginya, jamu adalah pintu masuk untuk memahami ulang hubungan dengan alam.
Pengalaman pribadi sering jadi jembatan. Ia menyambungkan pengetahuan tradisional dengan cara hidup modern.