Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Melihat Lukisan Ikonis Vermeer dari Sudut Pandang Berbeda

27 September 2025   15:00 Diperbarui: 23 September 2025   20:21 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu lukisan yang selalu bikin orang berhenti sejenak: "Gadis dengan Anting Mutiara". Banyak yang menjulukinya "Mona Lisa dari Utara". Kedengarannya gagah, memang.

Julukan itu menyorot tatapan si gadis yang serba mengundang tanya. Daya tariknya terasa lintas budaya dan waktu (Encyclopedia Britannica).

Tapi, kalau dipikir-pikir, sebutan itu bisa juga menyesatkan sedikit. Pesonanya tidak berhenti pada senyum yang samar.

Ada lapisan yang jauh lebih dalam. Banyak orang terpikat pada pertanyaan besar yang menempel padanya.

Siapa sebenarnya gadis itu? Pertanyaan ini memantik novel dan film yang ikut mengangkat pamornya. Cerita fiksi ikut mendorong ketenarannya.

Namun, apakah misteri identitas itu satu-satunya kunci? Rasanya tidak. Daya utama lukisan ini berasal dari hal lain sama sekali.

Sumber kekuatannya ada pada tangan sang pelukis. Johannes Vermeer. Ia mahir sekali mengolah cahaya. Reputasinya diakui luas oleh para sejarawan seni (National Gallery of Art).

Di tangannya, cahaya terasa hidup, memantul, mengembun di atas kanvas. Lihat anting mutiara itu. Kilau kecilnya seperti berdenyut. Perhatikan juga turban di kepalanya. Setiap lipatan tampak punya berat dan tekstur, seolah bisa diraba.

Vermeer pun memilih warna yang tidak main-main. Bukan hanya langka, tapi mahal. Ia kerap memakai biru ultramarine, pigmen yang berasal dari lapis lazuli.

Batu mulia itu ditambang di Afghanistan. Pada abad ke-17 harganya melampaui emas. Vermeer rela mengalokasikan sumber daya terbaiknya untuk karya-karya ini (NPR, 2022).

Itu sudah cukup menunjukkan keseriusannya. Para ahli seni mengakuinya sejak lama, jauh sebelum muncul novel atau film. Mereka sudah takjub pada detail yang ia bangun. Keahlian itulah pondasi ketenarannya.

Ada pula cara pandang lain yang menarik dan cukup diterima di kalangan ahli. Mungkin selama ini kita keliru menaruh fokus.

Pertanyaan "siapa gadis itu?" sebenarnya tidak terlalu penting. Pada masa Vermeer, ada jenis lukisan yang disebut tronie. "Gadis dengan Anting Mutiara" banyak dianggap sebagai tronie.

Menurut Museum Mauritshuis, tronie bukan potret. Bukan rekam wajah seseorang yang spesifik. Ia adalah studi tentang karakter dan ekspresi. Modelnya sering memakai kostum yang terasa eksotis (Museum Mauritshuis).

Tujuannya bukan mengabadikan identitas, melainkan menangkap emosi yang lewat sekejap. Tatapan yang bertanya, misalnya. Atau bibir yang sedikit terbuka.

Kalau kita menerimanya sebagai tronie, identitas model otomatis bukan isu utama lagi. Fokusnya bergeser. Bukan biografi sang gadis, melainkan cara kerja Vermeer.

Bagaimana ia membekukan momen yang sangat manusiawi. Bagaimana ia menyimpan satu ekspresi agar tak pernah pudar. Justru di situ letak universalitasnya. Bukan tentang satu orang. Tentang rasa yang bisa dimengerti siapa saja.

Ketenaran lukisan ini bertumpu pada dua lapisan. Pertama, pengakuan dari dunia seni.

Para ahli menghargai kejernihan teknik Vermeer. Namanya memang sempat meredup selama dua abad, lalu "ditemukan kembali" pada abad ke-19 berkat kritikus seni Prancis bernama Thophile Thor-Brger (Encyclopedia Britannica).

Lapisan kedua, popularitas di mata publik luas. Itu tumbuh pesat di era modern, didorong kisah misteri dan adaptasi fiksi.

Keduanya saling menyokong. Misteri menjadi pintu masuk. Setelah melangkah, orang bertemu keindahan artistik yang menggetarkan.

Lukisan ini bukan hanya teka-teki. Ia adalah bukti kemahiran seorang maestro.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun