Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perpecahan PKI dan Tan Malaka di Simpang Sejarah

27 September 2025   05:00 Diperbarui: 23 September 2025   13:35 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Tan Malaka. (Sumber Gambar: Gramedia.com via Kompas.com)

Tan Malaka dan PKI pernah berjalan beriringan. Keduanya sama-sama kiri. Tujuan mereka pun serupa: menumbangkan penindasan kolonial Belanda.

Lalu jalan itu tiba-tiba berpisah tajam. Banyak orang mengira perbedaan ini hanya soal selisih pendapat, mungkin soal kapan waktu yang pas untuk mengangkat senjata.

Nyatanya, retaknya jauh lebih dalam. Ini benturan nalar dengan gairah. Semangat revolusi yang berlari tanpa rem. Cerminan dari konflik ideologis yang besar.

Mulai dari PKI. Menjelang akhir 1925, faksi pimpinan partai mengetuk keputusan final di Konferensi Prambanan: pemberontakan bersenjata segera (Historia.id, 2021).

Kedengarannya nekat. Tapi mereka merasa tercekik. Tekanan pemerintah kolonial makin keras.

Pilihan menyempit. Diam berarti menunggu giliran digilas, sedikit demi sedikit. Melawan menjadi pernyataan sikap.

Risikonya jelas besar, namun bagi mereka pemberontakan adalah keharusan ideologis. Menang atau kalah bisa dipikir nanti. Yang penting api perlawanan menyala untuk menggugah massa.

Keputusan itu lahir dari zaman yang bergolak. Aksi nyata dianggap lebih berguna daripada menunggu sambil berwacana.

Sekarang lihat Tan Malaka. Cara pandangnya lain sama sekali. Ia organisator ulung, lama berkelana, terbiasa menilai situasi dengan kepala dingin.

Baginya, pemberontakan tanpa persiapan itu buta. Sebuah "avonturisme", petualangan bunuh diri.

Kekuatan rakyat belum tersusun rapi. Senjata minim. Jaringan komunikasi antardaerah rapuh. Menghadapi tentara Hindia Belanda jelas berat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun