Ada logika lain yang patut ditelaah: hubungan antara jumlah pengguna dan kualitas ruang digital. Data memperlihatkan penetrasi internet yang sangat masif, merata di seluruh Indonesia.
Awal 2023, pengguna internet mencapai 213 juta (Databoks Katadata, 2023). Angkanya terus naik, awal 2024 sudah 221 juta orang (APJII, 2024).
Deretan angka ini menegaskan satu hal sederhana. Hampir semua orang kini terhubung ke internet.
Namun kuantitas tidak otomatis menentukan kualitas. Banyak bukan berarti membuktikan segalanya.
Tidak semua pengguna adalah massa tanpa nalar, dan mereka tidak selalu mudah digiring opini sesaat.
Dari sini, kita bisa mengambil sudut pandang lain. Mungkin kita bukan sedang memasuki era tanpa budi pekerti, melainkan fase adaptasi.
Adaptasi menuju dunia yang benar-benar baru. Masyarakat masih belajar. Kita sedang merumuskan etika bersama.
Biang masalahnya bukan pada teknologinya. Melainkan pada lembaga sosial yang tertinggal langkah.
Pendidikan, keluarga, juga hukum, masih lambat menyesuaikan diri dengan realitas digital yang sekarang ada.
Film Budi Pekerti pun bisa dibaca seperti itu. Bukan semata kritik yang pedas, tetapi pemantik percakapan yang penting, ajakan untuk membangun etika digital bersama (CNN Indonesia, 2023). Etika agar kita bisa hidup berdampingan dengan damai.
Ada hal yang tak bisa ditolak. Ruang digital melahirkan tantangan etika yang baru. Itu benar.