Personal branding bekerja seperti pengeras suara. Ia memperbesar pesan tentang kualitas dan profesionalisme yang memang sudah ada.
Tanpa substansi, yang terdengar hanya gema kosong. Jadi, citra di dunia maya itu penting untuk menjangkau pasar lebih luas.
Namun keahlian di lapangan, ditambah etos kerja dan kecerdasan bisnis, adalah penentu sukses jangka panjang. Keduanya perlu berjalan berdampingan secara strategis (HashMicro, 2022).
***
Referensi:
- Farnam Street. (n.d.). Survivorship bias: The tale of forgotten failures. Diakses pada 21 September 2025, dari https://fs.blog/survivorship-bias/
- Forbes Agency Council. (2021, 26 April). Why a strong personal brand is more important than ever. Forbes. Diakses pada 21 September 2025, dari https://www.forbes.com/sites/forbesagencycouncil/2021/04/26/why-a-strong-personal-brand-is-more-important-than-ever/
- HashMicro. (2022, 1 Juni). 8 Strategi pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth). Diakses pada 21 September 2025, dari https://www.hashmicro.com/id/blog/8-strategi-pemasaran-dari-mulut-ke-mulut-word-of-mouth/
- Jones, W. (2023, 3 Agustus). Word-of-mouth marketing: What it is and how to make it work for you. NerdWallet. Diakses pada 21 September 2025, dari https://www.nerdwallet.com/article/small-business/word-of-mouth-marketing
- Wu, K. (2024, 17 Mei). How social media algorithms work in 2024: Everything you need to know. Buffer. Diakses pada 21 September 2025, dari https://buffer.com/resources/social-media-algorithms/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI