Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Evolusi Penulis Wara di Tengah Gempuran AI

25 September 2025   19:00 Diperbarui: 20 September 2025   21:20 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang penulis copywriting adalah disebut copywriter. (KOMPAS.COM/MOH. SYAFI)

Era digital sering dipuji sebagai masa keemasan. Buat penulis wara (copywriter), kesan itu terasa masuk akal.

Permintaan konten meledak di mana-mana. Semua bisnis butuh tulisan untuk situs, media sosial, sampai iklan digital.

Kesannya, jalan baru terbentang lebar. Pasar bergerak cepat. Peluang datang silih berganti.

Benar, tapi gambar besarnya tidak sesederhana itu. Di balik cerita sukses, ada kenyataan yang lebih ruwet.

Setiap peluang besar datang bersama tantangan besar. Untuk penulis wara, salah satu yang paling terasa adalah persaingan.

Pasar yang semakin terbuka membuat siapa pun bisa ikut bermain. Akibatnya, kompetisi memanas, tarif cenderung turun

Dan di banyak platform pekerja lepas, kualitas sering dikorbankan demi harga murah.

Belum lagi soal teknologi. Kecerdasan buatan (AI) sering disebut sebagai ancaman yang bisa mengubah peta pekerjaan. Termasuk ranah kreatif seperti penulisan.

Itu bukan isapan jempol, dan sudah dibahas dalam banyak analisis, misalnya laporan Goldman Sachs, 2023.

Tapi ada narasi lain yang tidak kalah penting. Penulis yang adaptif tidak melihat AI sebagai pengganti. Melainkan asisten yang kuat.

AI bisa dipakai untuk riset awal, penyusunan draf, dan pekerjaan dasar. Sementara penulis fokus pada strategi dan emosi dalam tulisan.

Bagian inilah yang sukar disentuh mesin, seperti diulas Forbes, 2023.

Pertanyaan yang tepat bukan evolusi atau devaluasi. Yang terjadi lebih mirip pembelahan pasar.

Di satu sisi ada pasar konten massal yang mengejar cepat dan murah. Peran penulis di wilayah ini mungkin tergerus.

Di sisi lain, permintaan terhadap penulis spesialis justru naik. Mereka yang menguasai bidang kompleks seperti teknologi, keuangan, atau kesehatan punya posisi tawar lebih tinggi. Keahlian yang dalam dan spesifik sulit ditiru AI.

Realitas ekonomi gig juga jadi ujian tersendiri. Banyak penulis bekerja sebagai freelancer, hidup dalam ketidakpastian pendapatan dan proyek.

Ini sisi rawan yang sering disorot dalam berbagai analisis global, termasuk Harvard Business Review, 2021.

Namun data dari platform seperti Upwork memberi sinyal lain. Profesional lepas bisa membangun karier yang stabil jika punya keahlian yang sangat spesifik (Upwork, 2023).

Intinya, bukan lagi soal menjadi generalis serba bisa. Melainkan spesialis yang andal.

Menjadi penulis wara/copywriter di era digital bukan sekadar bertahan dari arus perubahan. Ini soal menungganginya.

Peluang tidak hilang, bentuknya bergeser. Bagi yang hanya mengandalkan kemampuan menulis dasar, jalannya mungkin makin berat.

Tetapi bagi penulis yang berpikir strategis. Punya keahlian khusus. Dan cerdas memanfaatkan teknologi, era ini justru membuka babak baru.

Babak yang penuh peluang. Lebih besar, dan lebih berarti.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun