Era digital sering dipuji sebagai masa keemasan. Buat penulis wara (copywriter), kesan itu terasa masuk akal.
Permintaan konten meledak di mana-mana. Semua bisnis butuh tulisan untuk situs, media sosial, sampai iklan digital.
Kesannya, jalan baru terbentang lebar. Pasar bergerak cepat. Peluang datang silih berganti.
Benar, tapi gambar besarnya tidak sesederhana itu. Di balik cerita sukses, ada kenyataan yang lebih ruwet.
Setiap peluang besar datang bersama tantangan besar. Untuk penulis wara, salah satu yang paling terasa adalah persaingan.
Pasar yang semakin terbuka membuat siapa pun bisa ikut bermain. Akibatnya, kompetisi memanas, tarif cenderung turun
Dan di banyak platform pekerja lepas, kualitas sering dikorbankan demi harga murah.
Belum lagi soal teknologi. Kecerdasan buatan (AI) sering disebut sebagai ancaman yang bisa mengubah peta pekerjaan. Termasuk ranah kreatif seperti penulisan.
Itu bukan isapan jempol, dan sudah dibahas dalam banyak analisis, misalnya laporan Goldman Sachs, 2023.
Tapi ada narasi lain yang tidak kalah penting. Penulis yang adaptif tidak melihat AI sebagai pengganti. Melainkan asisten yang kuat.
AI bisa dipakai untuk riset awal, penyusunan draf, dan pekerjaan dasar. Sementara penulis fokus pada strategi dan emosi dalam tulisan.