Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sultan Ageng Tirtayasa dan Kemitraan Cerdasnya dengan Pendatang Tionghoa

11 September 2025   19:00 Diperbarui: 3 September 2025   22:42 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu obyek wisata religi di Banten yaitu Masjid Agung Banten.(gotravelly.com via Kompas.com)

Kisah orang Tionghoa di Banten sering diringkas terlalu rapi. Mereka kerap ditempelkan label loyalis Dinasti Ming, seolah hanya ada satu warna: setia pada dinasti lama (Tirto.id, 2025).

Diceritakan mereka lari dari penguasa baru, Dinasti Qing Manchu, yang menaklukkan Tiongkok pada abad ke-17. Narasi seperti ini terdengar heroik dan sarat muatan politik.

Tapi mari kita tengok lebih dekat. Ceritanya tampaknya tidak sesederhana itu. Ada cara pandang yang lebih luas.

Apakah semua perantau Tionghoa berangkat dengan tujuan yang sama? Belum tentu. Banyak yang tak lebih dari pedagang yang mencari peluang. Ada juga yang pergi sebagai pengungsi, menyelamatkan diri dari kekacauan perang (Historia.id).

Mereka ingin hidup yang lebih layak. Dan Banten, pada masa itu, adalah pelabuhan lada yang terhubung ke pasar internasional (Kompas.id, 2022).

Jadi kedatangan mereka bukan misi politik. Mereka ingin selamat dan, kalau bisa, untung. Dorongan ekonomi sering lebih kuat. Begitu juga kebutuhan akan keselamatan pribadi. Keduanya kerap mengalahkan urusan ideologi.

Lalu muncul nama Kaytsu, atau Kiai Ketsu (Historia.id). Sering disebut sebagai kunci kejayaan Banten, terutama di masa Sultan Ageng Tirtayasa. Perannya sebagai penasihat penting memang tercatat. Pertanyaannya, apakah ia satu-satunya penentu? Jelas tidak.

Kejayaan sebuah kesultanan lahir dari kerja kolektif. Ada Sultan Ageng Tirtayasa sendiri, pemimpin cerdik dan berani, yang gigih menantang monopoli VOC (CNN Indonesia, 2023).

Ada para pejabat dan bangsawan, juga para ulama. Jangan lupa komunitas pedagang lain yang meramaikan pelabuhan, dari Arab dan India sampai Eropa. Dalam lanskap sebesar itu, Kaytsu adalah bagian dari mesin yang lebih besar. Bukan pahlawan tunggal.

Hubungan komunitas Tionghoa dengan Kesultanan Banten juga perlu dilihat dengan kacamata yang lebih jernih. Cerita populer sering menggambarkannya mulus dan harmonis. Nyatanya, sejarah jarang berjalan tanpa riak.

Kekuatan ekonomi bisa melahirkan persaingan, bahkan gesekan sosial. Persaingan dagang yang keras antara pengusaha Tionghoa dan pelaku lokal, misalnya, bukan hal mustahil (Kompas.id, 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun