Orang yang sabar cenderung menua tetap sabar. Yang egois cenderung menua tetap egois. Usia sering mempertebal karakter asli.
Jadi, menyalahkan lingkungan saja tidak tepat. Pilihan pribadi dan kepribadian yang dibangun seumur hidup ikut andil.
Ada juga soal kendali. Bayangkan proses panjangnya. Bertahun tahun seseorang memegang kuasa atas banyak hal. Mungkin ia atasan di kantor. Mungkin kepala keluarga yang disegani. Pendapatnya dicari dan jadi rujukan.
Lalu usia tua datang dan banyak hal itu perlahan pergi. Pensiun. Anak anak sudah mandiri. Tiba tiba ia bukan lagi pusat perhatian. Kehilangan rasa kontrol itu berat.
Banyak studi membuktikan kaitannya dengan stres, depresi, dan masalah kesehatan mental lain.
Catatan seperti ini juga ada di American Psychological Association. Kadang sikap keras kepala jadi cara bertahan, upaya menunjukkan mereka masih ada dan suaranya layak didengar.
Ada pandangan lain yang cukup populer. Perilaku menyebalkan dianggap sinyal minta tolong. Gejala depresi atau kesepian. Pandangan ini baik karena mendorong kita lebih peduli.
Hanya saja, tetap perlu hati hati. Jangan sampai itu menutupi kenyataan lain. Kadang perilaku buruk ya memang perilaku buruk. Melabeli semua lansia sebagai korban justru merendahkan martabat mereka.
Banyak lansia tangguh, mandiri, dan mampu beradaptasi. Mereka menunjukkan agensi yang kuat. Ini kunci penuaan yang sukses, dan konsep ini dibahas di Jurnal Risoma (2022). Mereka bukan korban pasif dari keadaan.
Akhirnya tidak ada satu jawaban tunggal. Penyebabnya rumit.
Ada pengaruh lingkungan sekitar. Ada tekanan sosial dari ageisme. Ada persoalan kesehatan mental. Ada karakter pribadi. Ada rasa kehilangan kontrol. Ada juga tanggung jawab individu.