Otak manusia adalah sebuah mesin pencari pola. Kemampuan ini sangat membantu kita bertahan hidup. Kita tahu langit mendung pertanda akan hujan. Kita tahu gerak semak bisa berarti bahaya.Â
Ini adalah sebuah bakat alami luar biasa. Namun, bakat ini bisa menjadi bumerang. Terutama saat kita menghadapi hal-hal acak. Contohnya seperti dalam permainan judi itu sendiri.
Ada sebuah jebakan berpikir yang sangat umum. Namanya adalah The Gambler's Fallacy itu. Atau disebut juga Sesat Pikir Penjudi. Logikanya terdengar masuk akal tapi salah (EBSCO).Â
Misal koin dilempar dan hasilnya gambar. Kita merasa lemparan berikutnya pasti jadi angka. Bola rolet selalu jatuh di warna hitam.Â
Karena itu orang bertaruh besar untuk merah. Mereka pikir, "Tidak mungkin hitam keluar lagi." "Warnanya sudah muncul terlalu sering."
Ini semua adalah sebuah ilusi yang besar. Setiap putaran rolet adalah kejadian yang baru. Bola itu sama sekali tidak punya ingatan. Ia tidak peduli pada semua hasil sebelumnya. Peluang hitam atau merah selalu tetap sama.Â
Sejarah mencatat pelajaran sangat mahal ini. Kejadiannya di Kasino Monte Carlo tahun 1913. Saat itu bola rolet jatuh di hitam. Itu terjadi 26 kali secara berturut-turut.Â
Orang-orang kehilangan jutaan uang milik mereka. Mereka yakin warna merah akan segera keluar. Keyakinan itu menghancurkan mereka semua (Wikipedia).
Namun, apakah orang terjebak judi hanya karena salah logika? Sepertinya tidak sesederhana penjelasan tunggal itu. Ada dorongan lain yang jauh lebih kuat.Â
Salah satunya adalah perasaan sangat putus asa. Kondisi ekonomi sulit sering menekan perasaan mereka.Â
Masa depan mereka juga kadang terasa suram. Judi online lalu muncul sebagai jalan pintas. Ia menawarkan sebuah harapan palsu untuk mereka. Sebuah mimpi untuk mengubah nasib dalam sekejap.