Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Wikitok Benar Menyembuhkan Kecanduan Konten Brainrot?

9 Agustus 2025   13:00 Diperbarui: 4 Agustus 2025   14:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TikTok. (Later.com via Kompas.com)

Konsepnya adalah mengganti racun dengan obat. Format guliran adiktif tetap dipertahankan. Tetapi isinya adalah sebuah pengetahuan. Pengguna tidak lagi disuguhi video hiburan. Mereka disuguhi cuplikan artikel penting. 

Artikel tentang sejarah dan peradaban kuno. Juga tentang berbagai tokoh-tokoh penting (CtrlF5 Software; Ars Technica, 2025).

Aplikasi ini diciptakan oleh Isaac Gemal (LinkedIn). Isaac Gemal adalah seorang insinyur sipil. Ia beralih profesi menjadi pengembang software. 

Menariknya, WikiTok dikembangkan dalam beberapa jam. Pengembangannya dibantu oleh teknologi AI Claude. Proyek ini juga bersifat bersifat open-source. 

Kodenya dapat diakses oleh publik luas. Kode ini bisa dikembangkan oleh publik. Hal ini sejalan semangat keterbukaan Wikipedia (Cybernews; Fast Company, 2025).

Namun, apakah ini solusi yang tepat? WikiTok mungkin hanya mengganti satu adiksi. Adiksi itu diganti dengan adiksi lainnya. Mirip mengganti rokok dengan permen nikotin (Alomedika). 

Pengguna mungkin tidak benar-benar bisa sembuh. Mereka tidak sembuh dari kecanduan stimulasi. Stimulasi konstan berasal dari layar gawai.

Akar masalahnya pada format gulir itu. Format gulir itu tanpa pernah henti. Format itu sengaja dirancang menahan perhatian. Perhatian pengguna ditahan selama mungkin (1000 Startup Digital). 

Meskipun WikiTok tidak memakai algoritma personalisasi. Algoritma personalisasi ada di aplikasi TikTok. Ia tetap memakai format adiktif sama. Format ini membuat pengguna terpaku layar (PGSD Binus, 2025).

Konsep menyajikan konten acak bukan hal baru. Konten acak itu untuk tujuan edukasi. 

Dahulu, ada platform bernama StumbleUpon (Wikipedia). Platform ini menyajikan halaman web acak. Halaman web sesuai minat para pengguna. Platform itu sempat menjadi sangat populer. Namun layanan tersebut akhirnya ditutup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun