Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukabumi, Dari Pusat Spiritual Hingga Administrasi Kolonial

9 Agustus 2025   21:00 Diperbarui: 23 Juli 2025   19:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Sukabumi, Jawa Barat. (Shutterstock/Wahyu Ramdani via Kompas.com)

Sejarah wilayah sering kali merupakan jalinan yang kompleks. Ia dibentuk oleh banyak tangan dari berbagai zaman. Sukabumi adalah contoh nyata dari narasi tersebut. 

Riwayatnya sangat panjang. Membentang dari masa prasejarah ribuan tahun lalu. Lalu berkembang menjadi pusat spiritual penting. Ini terjadi di era kerajaan Sunda. 

Akhirnya, wilayah ini bertransformasi. Menjadi entitas administrasi yang mandiri. Semua di bawah pengaruh kolonialisme.

Jejak Awal Peradaban dan Pusat Spiritualitas Kuno

Jauh sebelum ada catatan tertulis, Sukabumi sudah berpenghuni. Wilayah ini menjadi rumah bagi peradaban manusia. Bukti arkeologisnya sangat kuat. Menunjukkan aktivitas manusia sejak zaman Neolitikum. 

Sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ada penelitian oleh M. Fadhlan S.I. dan Frandus Manurung. Mereka mengonfirmasi keberadaan bengkel alat batu. 

Lokasinya di kawasan Jampang Tengah. Temuannya berupa artefak mata panah. Juga beliung yang telah diupam (dihaluskan) (e-Journal BRIN, 2022). 

Situs penting seperti Ciomas menjadi saksi bisu. Begitu pula Bukit Cikadu dan Panumbangan. Semuanya menjadi bukti kehidupan masyarakat masa itu.

Memasuki periode sejarah awal, jejak peradaban semakin jelas. Ini ditandai dengan munculnya situs-situs megalitik monumental. 

Penelitian arkeolog Haris Sukendar menyoroti hal ini. Ia menekankan pentingnya tradisi megalitik di sini (Repositori Universitas Jambi). 

Salah satu yang paling mengesankan adalah Situs Tugu Gede. Lokasinya di Cengkuk, Kecamatan Cikakak. Di sana, sebuah menhir berdiri tegak. Tingginya hampir empat meter. Keberadaan peninggalan sebesar ini menjadi petunjuk kuat. 

Apa petunjuknya? Bahwa kawasan itu pernah berfungsi sebagai pusat pemujaan. Sebuah pusat pemujaan prasejarah yang masif dan terorganisir (Kompas, 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun