Sanusi Pane adalah nama yang tak asing. Ia tokoh intelektual penting di Indonesia.Â
Namun, pemahaman tentang perannya seringkali dangkal. Ia dikenal dalam perdebatan bahasa nasional. Juga dalam polemik kebudayaan yang sengit.Â
Pertanyaannya, seberapa konsisten pemikirannya dalam isu itu?
Antara Dukungan Awal dan Usulan Penting
Kongres Pemuda I digelar tahun 1926. Sanusi Pane diketahui datang terlambat (Tempo, tidak disebutkan tahun). Ia langsung terlibat dalam perdebatan sengit. Perdebatan itu tentang bahasa persatuan.Â
Saat itu, Mohammad Yamin mengusulkan "bahasa Melayu" (Tempo, tidak disebutkan tahun). Namun, Mohammad Tabrani menentang usulan itu. Ia justru mengusulkan "bahasa Indonesia" (Detik, tidak disebutkan tahun).Â
Sanusi Pane yang baru tiba mendukung Tabrani (Tempo, tidak disebutkan tahun; Detik, tidak disebutkan tahun; Unimed PDF, tidak disebutkan tahun).Â
Belum ada bukti ia lama mengusung istilah itu. Dukungan ini bisa jadi respons reaktif. Itu terjadi di tengah dinamika kongres.
Dua belas tahun kemudian, ada Kongres Bahasa Indonesia. Kongres itu diadakan di Solo tahun 1938. Sanusi Pane mengusulkan pembentukan institut bahasa.Â
Lembaga ini diharapkan merawat bahasa Indonesia. Juga untuk mengembangkan bahasa Indonesia. Di kemudian hari, Badan Bahasa pun terbentuk.Â
Ada pihak yang mengaitkan gagasan Sanusi Pane. Gagasannya dianggap cikal bakal badan tersebut. Namun, hubungan keduanya lebih bersifat ideologis. Bukan sebuah kausalitas tunggal.Â
Sejarah pembentukan lembaga adalah proses kompleks. Banyak faktor dan pemikir lain berkontribusi. Mereka mungkin turut mewujudkan badan bahasa itu (Kompas, 2021; Badan Bahasa, tidak disebutkan tahun).