Karst Citatah, dari laut purba sampai jejak manusia prasejarah. Warisan ini terancam, karena banyak perusahaan tambang.
Kenapa kita harus peduli? Karena rusaknya Karst Citatah bukan cuma soal batu-batu. Udara yang kita hirup bisa kotor, air bersih makin susah dicari.Â
Kesehatan kita, keluarga kita, taruhannya. Ini juga soal warisan sejarah, jejak nenek moyang kita yang bisa hilang selamanya.
Karst Citatah, yang dulunya dasar laut purba dan menyimpan jejak manusia prasejarah, kini di ambang kehancuran akibat penambangan batu kapur tanpa henti.Â
Aktivitas ini tidak hanya mengancam ekosistem, tapi juga keberadaan situs arkeologi penting.Â
Data dari Kelompok Riset Cekungan Bandung (2024) menunjukkan, dari 32 titik potensial di lanskap Karst Rajamandala, hanya Goa Pawon yang terselamatkan. Sisanya habis dieksploitasi.Â
Larangan penambangan di sekitar Goa Pawon sejak 2009 yang tertuang dalam Peraturan Daerah Jawa Barat No. 7 Tahun 2010 (Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2010) ternyata belum cukup.Â
Kerusakan ini merembet ke mana-mana. Walhi Jawa Barat (2024) bahkan mencatat lebih dari 30 perusahaan tambang beroperasi, banyak yang izinnya sudah habis, tapi tetap lanjut.Â
Menurut laporan Bisnis.com (2014), Walhi Jabar mendesak adanya masterplan untuk mengendalikan penambangan di wilayah ini.Â
Ini bukan cuma soal gunung bolong. Ini soal kehilangan warisan alam dan sejarah yang tak ternilai. Kerusakan karst ini telah mencapai 70% dari total area Karst Citatah (Walhi Jabar, 2024), sebuah angka yang memprihatinkan.