Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tante Lien, Diaspora yang Mengajarkan Makna Tanah Air

9 Juli 2025   15:00 Diperbarui: 5 Juli 2025   10:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artis sekaligus penyanyi Wieteke van Dort atau akrab disapa Tante Lien. (Tangkapan layar akun YouTube Franken040 via Kompas.com)

Apa rasanya tiba-tiba tak bisa kembali ke Surabaya, kota kelahiran, cuma karena kamu berdarah Belanda? Ini kisah pedih Tante Lien di tahun 1957.

Cerita Tante Lien ini ngingetin kita, sejarah itu enggak cuma deretan tanggal. Ada orang-orang nyata di baliknya, dengan perasaan dan kerinduan. 

Ini penting untuk diketahui. Keputusan negara mengubah hidup pribadi. Ini pelajaran penting. Terutama tentang arti rumah dan tanah kelahiran.

Pengusiran warga Belanda 1957. Seperti Tante Lien alami. Bukan cuma catatan sejarah. Tapi bukti dampak politik besar. Keputusan Soekarno menasionalisasi aset asing. Mengusir warga Belanda juga. 

Ini strategi "Indonesiaisasi". Tujuannya memperkuat identitas nasional (UU No. 86 Tahun 1958). Ribuan orang kehilangan rumah. Aset dan identitas budaya hilang. 

Muncul "generasi diaspora". Mereka merindukan tanah air lama. Karya Tante Lien cerminkan nostalgia.

Berikut beberapa poin penting. Ini bisa kita pelajari:

- Kebijakan nasionalisasi mengubah hidup. 

Tahun 1957, Presiden Soekarno putuskan ini. Nasionalisasi perusahaan Belanda terjadi. Ini bukan hanya soal ekonomi. Tapi juga tentang politik (UU No. 86 Tahun 1958). 

Tujuannya jelas: memperkuat kedaulatan Indonesia. Namun, efeknya bagi orang-orang seperti Tante Lien sangat besar. Keluarga Tante Lien kehilangan pabrik karet milik ayah tirinya di Surabaya, tak punya apa-apa lagi (Tirto.id, 2024). 

Ini memaksa mereka pindah dan membangun hidup baru di Den Haag.

- Pengusiran Massal Membentuk Diaspora. 

Kebijakan ini bukan cuma berlaku untuk Tante Lien. Ribuan warga Belanda diusir paksa dari Indonesia (Kompas.com, 2024). Banyak dari mereka lahir dan besar di Hindia Belanda. 

Mereka harus meninggalkan kenangan dan aset mereka. Ini menciptakan komunitas "Indische Nederlanders" atau diaspora Indo di Belanda (Wikipedia, 2025). Mereka membawa serta budaya dan kerinduan terhadap tanah air yang tak bisa lagi mereka kunjungi.

- Nostalgia Abadi Lewat Seni. 

Tante Lien, lewat karakternya yang ikonik dan lagu-lagu seperti "Geef Mij Maar Nasi Goreng," menjadi simbol kerinduan ini (Good News From Indonesia, 2020). 

Lagunya bukan cuma hiburan. Itu adalah curahan hati tentang bau, suara. Dan orang-orang Indonesia yang tak bisa ia lupakan. Melalui karyanya, Tante Lien menjaga ingatan. Akan Hindia Belanda agar tetap hidup. 

Bahkan bagi generasi yang tak pernah mengalaminya. Penghargaan yang ia terima. Seperti Ksatria Bintang Jasa Oranye-Nassau. Menunjukkan betapa besar dampaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun