Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Alasan di Balik 280.000 Perceraian di Indonesia

10 Juli 2025   23:00 Diperbarui: 29 Juni 2025   15:48 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan bertengkar. (iStockphoto/fizkes via Kompas.com)

- Lebih Suka Menebak daripada Bertanya. 

Pasangan pulang kerja. Wajahnya cemberut. Kita langsung menebak. "Pasti dia marah sama aku." Atau, "Pasti karena aku minta uang kemarin." 

Padahal, mungkin dia cuma lelah karena macet di jalan. Karena kita sudah punya asumsi buruk, sikap kita jadi ikut dingin. Dia yang lelah jadi bingung. 

Kenapa kita ikut jutek? Akhirnya malah jadi bertengkar sungguhan. Padahal solusinya gampang. Cukup bertanya, "Kamu kenapa? Kelihatannya capek banget."

- Memulai dengan Tuduhan, Bukan Ajakan. 

Lihat rumah berantakan. Kita langsung bilang, "Kamu ini pemalas sekali, ya!" Siapapun yang dituduh pasti akan membela diri. Langsung pasang kuda-kuda untuk melawan. 

Obrolan jadi ajang saling serang. Coba ganti kalimatnya. "Sayang, rumah berantakan banget. Capek ya? Kita beresin bareng yuk nanti." 

Rasanya beda, kan? Mengajak diskusi dengan tenang, bukan menuduh, adalah kunci komunikasi sehat yang selalu disarankan para ahli hubungan.

Mungkin selama ini kita keliru. Kita pikir cinta yang kuat sudah cukup. Kita pikir diam itu emas. Nyatanya tidak. Diam adalah bom waktu. 

Pertengkaran yang terjadi terus-menerus itu seringkali bukan tanda kita tidak cocok. Tapi tanda bahwa kita belum tahu cara bicara yang sehat. 

Ini bukan untuk menyalahkan siapa pun. Ini adalah pelajaran untuk kita. Bahwa bicara dari hati itu sebuah keahlian yang harus dipelajari bersama.

Lihat, kan? Masalahnya seringkali bukan cinta yang hilang. Cuma "lidah yang keseleo" terlalu lama. 

Dan bagian terbaiknya? Keseleo itu bisa disembuhkan. Pelan-pelan saja, yang penting jangan didiamkan lagi.

***

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun