Tim voli kita juara lagi. Tapi kok rasanya hampa. Menang di Asia Tenggara. Tapi di tingkat Asia, peringkat kita malah turun. Ini aneh.Â
Kenapa kita harus peduli? Karena ini soal harga diri bangsa. Voli itu olahraga populer. Kebanggaan kita. Kalau tim kita cuma jadi raja di Asia Tenggara, tapi tidak dipandang di tingkat Asia, rasanya sakit. Seperti tidak dihargai.Â
Padahal kita tahu, potensi kita besar. Ini bukan cuma soal medali, tapi soal posisi kita di mata dunia.
Ada satu penyakit yang berbahaya. Namanya mentalitas ‘merasa cukup’. Kita merasa sudah hebat dengan gelar juara Asia Tenggara. Padahal itu jebakan. Dunia terus berputar, dan negara lain makin kuat.Â
Sementara kita, dengan skuad terbaik, hanya bisa finis di peringkat enam pada AVC Nations Cup 2025. Hasil ini membuat peringkat kita turun drastis. Bahkan kini kita di bawah Thailand dan Vietnam di peringkat dunia (Tribunnews.com, 2025).
Kita harus berhenti merasa cukup. Perasaan bangga sesaat ini membuat kita buta. Buta bahwa di luar sana, kita sebenarnya masih tertinggal jauh.
Kenapa kita bisa bilang ini penyakit? Lihat saja bukti-buktinya yang sangat jelas.
Pertama, kita mabuk kemenangan kecil. Kita menang terus di SEA Games. Tiga kali malah. Tentu ini prestasi yang patut disyukuri. Tapi kemenangan yang sama ini bikin kita mabuk.Â
Kita jadi lupa kalau ada pertandingan yang jauh lebih besar dan lebih sulit di luar sana, yang seharusnya jadi target utama kita.
Kedua, kita panik saat ditekan lawan. Mental kita belum teruji sepenuhnya. Begitu ketemu lawan selevel di Asia, kita sering panik, padahal kadang sudah unggul.