Modal nekat, dompet cekak, dan motor warisan yang keandalannya diragukan. Cuma itu bekal Herry buat perjalanan 90 km di bawah langit yang udah siap mengguyur.
Herry memandang kunci di tangannya. Ia lalu menatap motor Yamaha Vega R biru di hadapannya. Perjalanan sejauh 90 kilometer harus ia tempuh.Â
Motor warisan kakaknya ini adalah satu-satunya pilihan. Ia teringat ucapan Ichsan seminggu lalu saat menyerahkan kunci itu. "Rawat motor ini," kata Ichsan. "Dia tidak pernah rewel."
Herry menyentuh permukaan jok motor yang terasa kasar. Matanya mengikuti alur goresan-goresan halus pada bodi sampingnya. Ia membandingkannya dengan motor matic baru milik teman-temannya yang terlihat lebih gagah.Â
Ia merogoh sakunya. Lembaran uang di dalam dompetnya tidak banyak. "Sanggupkah motor ini?" pikirnya dalam hati. Keraguan terasa mendorong di perutnya.
Ia akhirnya menyalakan mesin. Di tengah jalan antar kota yang sepi. Langit menggelap dengan cepat. Hujan deras turun membasahi aspal.Â
Ia melihat genangan air mulai meninggi di permukaan jalan. Suara mesin motornya kini terdengar sedikit berbeda setelah terpaksa menerobos beberapa kubangan. Herry melambat. Menepikan motornya di bawah pohon. Ada keraguan yang terlintas.
---
Keraguan Herry di tengah hujan. Adalah keraguan banyak orang terhadap mesin lawas. Namun ada data dan sejarah panjang. Yang membuktikan mengapa motor seperti Yamaha Vega R layak dapat kepercayaan.Â
Yamaha Vega R. Khususnya model yang beredar antara 2003 hingga 2009. Jadi bukti relevansi sebuah mesin yang dirancang untuk fungsi. Bukan sekadar sensasi. Keandalannya teruji waktu. Membuatnya tetap menjadi tolok ukur.Â