Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kuliah Mahal, Tapi Pekerjaan Impian Jauh dari Nyata

17 Mei 2025   21:00 Diperbarui: 17 Mei 2025   17:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi biaya pendidikan tinggi dan harapan yang tak terwujud. (Dibuat oleh ChatGPT)

Di sektor teknologi informasi dan komunikasi, banyak lulusan yang kesulitan. Mereka tidak memiliki keterampilan praktis yang cukup untuk bersaing di dunia digital.

Fenomena ini menunjukkan kegagalan Teori Modal Manusia. Pendidikan tinggi seharusnya menjadi pendorong mobilitas sosial. Namun, pendidikan tinggi sering kali justru menjadi beban ekonomi keluarga.

Beban Ekonomi Nyata bagi Orang Tua dan Lulusan

Beban ekonomi yang ditanggung keluarga semakin berat. Mereka harus membiayai pendidikan tinggi anak-anak mereka. Biaya kuliah yang tinggi menjadi tantangan besar. 

Ketidakpastian pekerjaan yang relevan semakin memperburuk keadaan. Banyak orang tua merasa frustrasi. Mereka telah menginvestasikan banyak sumber daya finansial. 

Namun hasil tidak selalu sebanding dengan harapan mereka. Banyak orang tua berharap anak-anak mereka mendapatkan pekerjaan yang baik. 

Kenyataannya peluang tersebut sering kali tidak tersedia. Peluang tersebut sering tidak sesuai dengan jurusan yang mereka pilih.

Di sisi lain, para lulusan merasakan tekanan yang sama. Mereka telah menghabiskan bertahun-tahun dan banyak uang. Mereka mendapatkan gelar, tetapi tidak selalu mendapatkan pekerjaan yang layak. 

Banyak lulusan harus berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan. Sebagian besar dari mereka menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. 

Mereka bahkan bekerja dengan gaji rendah. Gaji ini tidak sebanding dengan biaya pendidikan yang dikeluarkan. Hal ini memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi di Indonesia. 

Ketimpangan ini mengarah pada hilangnya kepercayaan terhadap pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi seharusnya menjadi alat mobilitas sosial yang lebih baik (Kompasiana, 2024).

Mendesak Arah Baru Pendidikan Nasional

Pendidikan tinggi di Indonesia harus segera bertransformasi. Transformasi ini perlu untuk relevan dengan kebutuhan dunia industri. Pengembangan keterampilan praktis seharusnya lebih ditekankan dalam pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun