PHK massal di sektor manufaktur meningkat, buruh beralih ke sektor informal, dampak deindustrialisasi mengancam ekonomi.
Sektor manufaktur Indonesia telah lama menjadi tulang punggung perekonomian. Namun baru ini, kita melihat fenomena memprihatinkan.Â
Angka PHK massal meningkat. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan, pada April 2025, lebih dari 24.000 pekerja kehilangan pekerjaan.Â
Sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar PHK ini (tirto.id, 2025). Apa dampaknya jika sektor ini kehilangan kemampuan menyerap tenaga kerja?
Sektor Manufaktur dan Dampak PHK Massal
PHK massal ini tak bisa diabaikan begitu saja. Sektor manufaktur Indonesia telah lama menyerap tenaga kerja. Kini daya beli masyarakat menurun dan persaingan global makin ketat.Â
Sektor ini menghadapi banyak tantangan. Permintaan dalam negeri berkurang. Sektor industri kesulitan beradaptasi. Akibatnya angka PHK meningkat.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan, sektor manufaktur jadi penyumbang terbesar PHK. Sekitar 16.800 pekerja terdampak (tirto.id, 2025).Â
Situasi ini memberi dampak luas. Jika tak ditangani dengan kebijakan tepat, fenomena sosial lebih besar akan muncul. Pekerja akan terdorong mencari penghidupan ke sektor informal. Sektor yang tentu lebih rentan dan tanpa jaminan sosial.
Pemerintah dan Kebijakan Hilirisasi
Pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan pada sektor berbasis bahan mentah dengan kebijakan hilirisasi.Â
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan hilirisasi akan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global (Antara News, 2025).Â