Komunikasi terbuka, pertanyaan krusial, dan konseling pranikah membantu pasangan menyamakan ekspektasi demi pernikahan harmonis.
“Kalau cinta saja cukup untuk mempertahankan pernikahan, maka dunia ini pasti penuh pasangan bahagia.” Pernah dengar? Kedengarannya sinis, tapi ada benarnya.
Pernikahan memang butuh lebih dari rasa sayang. Komunikasi terbuka, nilai hidup selaras, dan kesiapan mental itu penting.
Makanya, sebelum menikah, bertanyalah hal-hal penting ke pasangan. Tujuannya? Biar nggak ada ekspektasi meleset setelah janji suci diucapkan.
Komunikasi Terbuka untuk Mencegah Konflik
Hatty J. Lee, terapis pernikahan asal California, bilang komunikasi itu kunci. Kutipannya di Tirto.id menegaskan pentingnya bicara terbuka.
Caranya? Tanya pasangan soal hal-hal mendasar. Contohnya, “Gimana kamu menghadapi konflik?” atau “Apa pandanganmu soal keuangan bersama?” Jawabannya mungkin simpel, tapi bisa menentukan masa depan hubungan.
Keuangan sering jadi pemicu konflik rumah tangga. Bayangkan, baru tahu pasangan punya utang besar setelah menikah. Tanpa komunikasi jelas, ini bisa jadi bom waktu.
Emily Jamea, terapis asal Texas, bilang di Oprah Daily bahwa pasangan perlu diskusi soal keuangan sebelum menikah. Misalnya, pakai rekening gabungan atau pisah penghasilan.
Selain keuangan, topik anak juga perlu dibahas sejak awal. Misalnya, “Mau punya anak berapa?” atau “Gimana bagi tugas mengasuh anak?” Pertanyaan ini membantu menyamakan ekspektasi, jadi konflik bisa dicegah.
Menurut Times of India, komunikasi terbuka akan mencegah konflik dan memperkuat ikatan emosional. Pasangan yang membahas topik sensitif biasanya lebih stabil dan bahagia.