Mohon tunggu...
Aida Ardhiyanita Risdayanti
Aida Ardhiyanita Risdayanti Mohon Tunggu... MAHASISWI

Mahasiswi Telkom University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Candi Agung Amuntai

25 Maret 2025   15:11 Diperbarui: 25 Maret 2025   19:05 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh orang Banjar adalah mengambil "Air Putri Junjung Buih". Putri Junjung Buih adalah seorang ratu yang terkenal di Kalimantan. Selain kedudukannya sebagai ratu ia pun memiliki wajah cantik rupawan. Wanita Pertama yang menjabat sebagai pemimpin di Negara Dipa. Sekarang ini dikenalah sebagai situs Mahligai Putri Junjung Buih.  Situs ini waktu dulu digunakan putri untuk badudus atau mandi-mandi dan berias. Yang merias putri adalah Dayang Mayang Sari. Tradisi ini masih sampai sekarang terutama Masyarakat  Banjar.

Menurut adat istiadat setempat, air sumur ini digunakan untuk mandi-mandian. Dipercaya bahwa air ini memiliki aura yang baik untuk seseorang, baik untuk acara perkawinan maupun untuk memandian anak-anak remaja atau perawan, sehingga mereka dipandang penuh kehormatan seperti Putri Junjung Buih.


3. Bakilanan (Pertapaan Pangeran Suryanata) 

Legenda mengatakan bahwa Pangeran Suryanata, yang merupakan tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Banjar, pernah pertapaan di sekitar Candi Agung Amuntai. Masyarakat setempat sering menggunakan tempat ini untuk meditasi dan perenungan karena energi spiritualnya yang kuat. Ada sebuah tempat yang diyakini sebagai tempat Pertapaan Pangeran Suryanata. Tempat itu berupa susunan batu gunung yang membentuk lingkaran. Biasa dikunjungi ketika ada pelancong yang datang ke kawasan candi. Dari cerita rakyat yang diceritakan secara turun temurun, dari lokasi pertapaan Pangeran Suryanata itu dapat mewujudkan keinginan seseorang.

Tradisi Bakilanan Lidi atau menjengkal lidi. Caranya, dengan membaca sholawat sembari memasukkan bilah lidi ke dalam tanah ditempat pertapaan. Jika lidi yang kita kilan atau dijengkal lidinya memanjang artinya sesuatu apa yang kita inginkan atau hajatkan akan dikabulkan. Sebaliknya, ketika lidi tersebut itu tetap atau malah semakin pendek artinya apa yang kita inginkan tadi akan terlambat terkabulnya. Tapi itu kita kembalikkan kepada kepercayaan masing-masing  dari tradisi bakilanan itu adalah sebagai suatu perantara saja. Dan tetaplah kita bertawakal kepada Allah dan hanya Allah lah yang dapat mengkabulkannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun