Desa Sindangsari kini semakin melek digital berkat inisiatif mahasiswa KKN Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika). Melalui program intensif selama tiga hari pada 8, 9, dan 11 Juli 2025, belasan pelaku UMKM lokal berhasil terdigitalisasi, kini siap menerima pembayaran nontunai via QRIS dan mudah ditemukan di Google Maps. Transformasi ini membuka era baru bagi bisnis lokal, menjembatani kesenjangan digital yang selama ini mereka alami.Â
Mayoritas pelaku UMKM di Desa Sindangsari belum menggunakan sistem pembayaran digital seperti QRIS. Minimnya pemahaman dan terbatasnya akses ke layanan keuangan membuat transaksi masih bergantung pada uang tunai, meskipun banyak warga sudah terbiasa menerima kiriman uang secara digital. Selain itu, pemerintah desa juga mulai mengarahkan distribusi bantuan koperasi agar dilakukan secara nontunai, menjadikan adaptasi terhadap sistem ini sebagai kebutuhan yang cukup mendesak.
Sebagian besar UMKM di desa ini juga belum terdaftar di Google Maps. Tidak tercantumnya usaha seperti warung makan, toko obat, toko baju, toko kelontong, hingga bengkel membuat usaha lokal sulit ditemukan secara online. Kondisi ini menghambat promosi dan akses pelanggan, termasuk bagi pendatang yang melintasi atau berkunjung ke wilayah desa.
Mahasiswa KKN Unsika tidak hanya memberikan teori, melainkan langsung terjun ke lapangan. Dengan metode kunjungan langsung, tim menyambangi UMKM yang tersebar di lima dusun Desa Sindangsari. Setiap pelaku usaha mendapatkan pendampingan personal, mulai dari simulasi transaksi digital, pembuatan akun e-wallet, hingga aktivasi QRIS yang siap pakai. Tidak hanya itu, mereka juga dibekali pemahaman praktis tentang pengelolaan aplikasi, pengecekan saldo, dan pencairan dana. Untuk meningkatkan visibilitas, mahasiswa juga aktif membantu pendaftaran dan pelabelan lokasi UMKM di Google Maps. Pendekatan proaktif ini menuai antusiasme tinggi dari para pelaku usaha yang selama ini kesulitan mengakses dunia digital.Â
Rasa lega dan optimisme terpancar dari Ibu Siti, pemilik toko obat di Dusun Borontok Barat. "Sebenarnya dari dulu saya sudah pengen coba pakai QRIS, tapi bingung mulai dari mana dan nggak tahu cara daftarnya," ungkapnya. "Alhamdulillah, sekarang sudah dibantu sama mahasiswa, jadi bisa langsung dipakai. Apalagi sekarang sudah masuk (Google) Maps," tambahnya penuh syukur, menggambarkan betapa program ini menjawab kebutuhan lamanya.Â
Penggunaan QRIS dan pelabelan UMKM di Google Maps diharapkan dapat membantu pelaku usaha mencatat arus kas secara praktis, mengurangi risiko kesalahan akibat pencatatan manual, serta mempermudah transaksi tanpa harus bergantung pada ATM yang jauh. Selain itu, kehadiran UMKM di Google Maps turut memperluas jangkauan promosi dan memudahkan masyarakat menemukan usaha lokal di Desa Sindangsari. Â Ke depannya, Tim KKN berharap inisiatif ini dapat menjadi model yang diterapkan di desa desa lain, agar UMKM lokal di berbagai wilayah ikut merasakan manfaat digitalisasi. Dengan akses ke QRIS dan Google Maps, pelaku usaha desa memiliki peluang yang lebih luas untuk berkembang di era digital.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI