Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Data Desa, Gaya Populis Kandidat pada Pilkades

3 Februari 2021   00:21 Diperbarui: 3 Februari 2021   00:38 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam membicarakan fakta di lapangan serta mengkomparasikan data yang tertera dalam website Kemendesa maka setidaknya mata kita terbelalak dengan 'apa yang ada' dan apa yang di laporkan dalam website tersebut. Data yang tertuliskan memang jauh dari fakta di lapangan. 

Data yang disajikan Kemendesa memang terinci dari mulai tahun 2016 hingga 2020 dengan segala program prioritasnya namun dalam hal ini belum tampak dengan apa yang disebut sebagai sebuah kemajuan, progres kecil sekalipun, yang tampak pada hari ini tidak jauh berbeda dengan apa yang pemerintah pusat canangkan, program turunan. Sepeti pengecoran jalan gang sampai perbaikan irigasi yang merupakan program pemerintah pusat, lalu apa program unggulan desa? 

Sampai pada titik ini desa, dalam lingkup sosio-ekonominya belum mampu mengolah kucuran dana yang di berikan oleh pemerintah pusat, malahan program turunan tersebut menjadi prioritas.  Program tanpa keberlanjutan dan berakhir pada laporan kadang menjadi prioritas sehingga desa menjadi titik buntu dalam mengelola Sumber Daya Manusia serta Sumber Daya Alamnya, meskipun dengan segudang potensinya, desa bisa bergeliat pada semua bidang yang memang bisa menjadikan taraf hidup masyarakatnya bergerak maju. 

Dalam bagian APBEDES kita mendapati rincian penggunaan kucuran dana dari pemerintah dengan segala alokasinya, walaupun bisa dikatakan sedikit mengecewakan, sebab kesalahan yang berulang adalah kebodohan yang terpelihara. Program turunan dan program tanpa keberlanjutan terus di canangkan.

Kemudian dalam program yang ditawarkan oleh para kandidat juga menjadi bagian penting dalam proses kampanye yang hal ini juga akan berimbas pada perolehan data yang nantinya akan di laporkan di situs resmi pemerintah. Berbagai manuver mereka gunakan dalam menyampaikan program yang "populis" di mata masyarakat seperti program bantuan tunai langsung, infrastruktur jalan desa, serta alokasi dana desa untuk kegiatan masyarakat juga menjadi salah satu pertimbangan mereka sebelum menentukan pilihan mereka. 

Betapa pun popularitas yang dimiliki kandidat turut pula berpengaruh pada peluang tingginya elektabilitas yang dimilikinya. Maka tak heran jika bermunculan sosok populer yang turut meramaikan kontestasi pilkades baik dari kalangan publik figur maupun dari kalangan muda/milenialis yang memiliki jejaring luas di media sosial. Hal ini tentu membuat kontestasi pilkades semakin menarik dan dinamis untuk dicermati. 

Dalam kontestasi Pilkades pun tidak bisa dilepaskan dari sosok Petahana versus "new comer" yang masing-masing memiliki takaran kekuatan dan kelemahannya. 

Di beberapa desa, kuatnya pengaruh petahana yang masih tetap bertengger di kursi kekuasaan meskipun telah dua kali menjabat dan mengikuti kontestasi pilkades untuk ketiga kalinya hingga akhirnya kembali mendapat kepercayaan dari masyarakat desanya untuk kembali memimpin di desa tersebut dan praktis mengalahkan pesaingnya yang notabene adalah "new comer" dalam konstelasi politik di desa tersebut. Namun di beberapa kasus lainnya kita juga dapat melihat "tumbangnya" kekuatan dan kekuasaan Petahana yang dikalahkan oleh pesaingnya dalam kontestasi Pilkades. 

Kemudian apa yang menjadi faktor pendukung seorang Petahana dapat kembali meraih sukses dan kepercayaan masyarakat untuk memimpin kembali. Dan apakah yang menjadi faktor penyebab bagi Petahana yang "gugur" dalam pertarungan Pilkades dan dikalahkan oleh rivalnya?. 

Sehingga ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seorang Petahana "tumbang" dikalahkan rivalnya jika diamati dari berbagai kasus dalam kontestasi Pilkades diantaranya; Pertama, Petahana dianggap telah gagal dalam menjalankan pemerintahan dan program yang diusungnya tidak dapat terrealisasi sesuai dengan janji kampanyenya terdahulu. 

Kedua, ada perilaku atau hal-hal yang dilakukan oleh Petahana di ruang publik yang dianggap kurang pantas,tidak beretika dan bahkan "cacat moral" di mata masyarakat sehingga hilanglah kepercayaan masyarakat kepadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun