Mohon tunggu...
Ahmad Wildan
Ahmad Wildan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Psikologi

berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Memori dan Dampak Psikologis dalam Menghafal Al Quran

19 Juni 2021   09:38 Diperbarui: 19 Juni 2021   09:47 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya skema ingatan manusia ada tiga, sensory memory,  short-term memory dan long-term memory. sensory memory adalah awal bagi otak kita mendapatkan informasi. Informasi didapatkan karena adanya stimulus yang didapat oleh indra kita. Contohnya ketika kita merasakan permukaan dengan indra peraba kita, kita bisa merasakan apakah permukaan tersebut halus atau kasar. Untuk sensory memory ini kapasitasnya sangat terbatas, yaitu hanya saat indra mendapatkan stimulus dari informasi. Jika sudah tidak mendapat stimulus dari informasi maka akan langsung dilupakan atau melanjutkan ke memori jangka pendek. Memori jangka pendek memiliki keterbatasan dalam kapasitas, karena itu tidak dapat bertahan lama. Sedangkan memori jangka panjang memiliki kapasitas yang lebih besar.  

Namun, sebelum sampai ke memori jangka panjang harus melewati sensori memori dan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dan memori jangka panjang memiliki perbedaan dalam kapasitasnya (Kalat, 2009). Perbedaan kapasitas tersebut juga memengaruhi seberapa lama kita bisa mengingat suatu hal. Karena memori jangka panjang mampu mengingat lebih panjang daripada memori jangka pendek tentu membutuhkan usaha-usaha lebih agar bisa tersimpan dengan lama. Misalnya dengan terus mengulang-ulang hal yang ingin di ingat. Namun perlu dipahami bahwa jika ingatan sudah masuk ke dalam memori jangka panjang bukan berarti ingatan tersebut akan bertahan lama, bisa saja kemudian terlupakan karena suatu hal.  

Walaupun memori jangka pendek mempunyai batasan dalam kapasitasnya tetap saja memegang peranan yang penting dalam menghafal Al-Qur'an. Dalam sebuah jurnal yang ditulis Setiyo Purwanto (1999), dijelaskan bahwa memori jangka pendek memiliki pengaruh signifikan dalam proses menghafal. Semakin tinggi daya ingatnya semakin cepat pula dalam proses menghafal. Ini menandakan bahwa semua jenis memori memiliki peranan dalam proses menghafal. Mengoptimalkan semuanya mambantu kita untuk bisa lebih cepat menghafalkan Al-Qur'an. 

Tentu dalam proses menghafal juga menemui berbagai macam kesulitan.  Seringkali perhatian atau fokus para penghafal mudah sekali teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting. Ini berkaitan erat dengan regulasi diri para penghafal Al-Qur'an. Regulasi diri para penghafal Al-Qur'an dipengaruhi oleh keikhlasan dan kelurusan niat, tujuan yang ditetapkan, aspek-aspek motivasional, karakteristik kepribadian, ketersediaan sumber-sumber dukungan, dan pemaknaan pada proses yang dijalaninya (Chairani & Subandi, 2010). 

Dalam menghafal juga ada beberapa cara yang biasa digunakan. Menurut Zuairini dan Abdul Ghofir (2004) dalam Yusron Masduki (2018), ada empat metode menghafal: a. merefleksi, yakni memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacaannya dan syakalnya; b. mengulang, yaitu membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar; c. meresitasi, yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajari; d. retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen. Pada point b berkaitan erat dengan memori sebagai alat bantu kita dalam mengingat. Salah satu cara agar ingatan mampu tersimpan dalam memori jangka panjang adalah mengulang-ulangnya. Karena saat individu mengulang-ulang hafalannya, otak akan merespon bahwa apa yang dia ulang adalah hal yang penting maka akan cepat dialihkan ke dalam memori jangka panjang agar mampu bertahan dalam waktu yang lama. 

Hafalan juga memiliki pengaruh kepada sisi psikologis. Menurut Yusron Masduki (2018), setidaknya ada 6 faktor yang berpengaruh: pertama, sebagai obat galau, cemas, resah, gundah gaulana; kedua, untuk ketenangan jiwa, kecerdasan spiritual, emosional dan intelengensi serta mendukung prestasi belajar; ketiga, dapat meredam kenakalan remaja dan tawuran; keempat, akan mendapat pernghormatan yang sangat tinggi dihadapan Allah dan Rasul-Nya; kelima, sebagai obat bagi siapa saja yang membaca dan menghafal Al-Qur'an' keenam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Maka tidak mengherankan jika para penghafal Al-Qur'an memiliki psikologis yang lebih terkontrol dan kecerdasan yang lebih tinggi. Karena memang itu semua adalah hal yang bisa didapatkan saat menghafal Al-Qur'an. 

References

Chairani, L., & Subandi, M. (2010). Psikologi Santri Penghafal Al-Qur'an: peranan regulasi diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalat, J. (2009). Biological Psychology (10th ed). Canada: Wadsworth.

Masduki, Y. (2018). Implikasi Psikologis Bagi Penghafal Al-Qur'an. Medina-Te, Vol. 18(1). Diakses 10 Juni 2021.

Purwanto, S. (1999). Hubungan Antara Ingatan Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan Kecepatan Menghafal Al-Qur'an. Diakses 15 Juni 2001.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun