Mohon tunggu...
Ahmad Wahib Award
Ahmad Wahib Award Mohon Tunggu... -

Ahmad Wahib Award adalah kompetisi yang menantang anak muda untuk mengekspresikan gagasan dan pengalaman mereka seputar persoalan kemajemukan di Indonesia lewat esai, blog dan video, dengan mengambil inspirasi dari Ahmad Wahib.\r\n\r\nHarapannya lewat kompetisi ini, sambil belajar dari gagasan dan semangat Wahib, akan muncul ide-ide yang dapat mendorong dan membantu generasi muda dalam merawat dan menghormati kemajemukan dalam hidup sehari-hari.\r\n\r\nInfo lebih lanjut seputar Ahmad Wahib Award 2014 kunjungi: http://ahmadwahib.com/id/index.php/sayembara/ahmad-wahib-award-2014

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Toleransi Jadi Isu Utama

21 Agustus 2014   18:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Toleransi perlu didorong menjadi isu utama di kalangan kaum muda, terutama lewat internet, media jejaring sosial, atau produk budaya pop. Langkah itu diharapkan dapat melahirkan generasi baru yang lebih menerima dan menghargai perbedaan di kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk.

Gagasan itu mengemuka dalam acara bincang-bincang ”Ahmad Wahib, Inspirasi untuk Toleransi”, di Kontras, Jakarta, Jumat (15/6). Acara ini merupakan sosialisasi sayembara pembuatan tulisan, video, dan blog tentang Ahmad Wahib, pemikir muda Indonesia tahun 1970-an.

Hadir sebagai pembicara dalam acara itu adalah vokalis Band Efek Rumah Kaca, Cholil; penulis dan peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Fahd Djibran; pembuat film Ucu Agustin; penulis blog Afra Suci; serta Direktur Program Yayasan Paramadina Ihsan Ali Fauzi.

Menurut Cholil, sebenarnya sebagian besar kaum muda cenderung bersikap toleran atas pilihan yang berbeda dari orang lain. Namun, sikap itu cenderung tenggelam akibat ditimpa publikasi tindakan-tindakan intoleran atau kekerasan oleh kelompok-kelompok tertentu. Akibatnya, muncul kesan, kesadaran toleransi di kalangan muda kurang.

Untuk itu, penting sekali mendorong wacana toleransi sebagai isu utama di tengah kaum muda. Hal itu dapat dihidupkan melalui karya-karya kreatif yang populer di kalangan mereka, seperti film, musik, atau novel. Media itu lebih efektif karena memang menjadi sarana komunikasi dan ekspresi generasi baru.

Lebih efektif

Ucu Agustin juga menekankan pentingnya mengajak semua komponen masyarakat untuk menyemai toleransi dalam kehidupan di Indonesia. Perlu juga melibatkan media, baik cetak, elektronik, maupun yang berbasis internet, sebagai sarana kampanye toleransi. Dengan dibaca publik secara luas, media akan lebih efektif menyebarkan nilai- nilai yang menghargai pilihan-pilihan orang lain.

Afra Suci mengungkapkan, jejaring media berbasis internet, seperti blog, Facebook, atau Twitter, sangat efektif untuk mengampanyekan pentingnya toleransi. Media ini bisa menjangkau semua kalangan, tidak terbatas, bersifat interaktif, dan menjadi ruang terbuka yang bebas. Internet juga menjadi tempat pertarungan berbagai wacana.

”Sebenarnya kaum muda pengguna internet juga bersikap terbuka dan mendukung kebebasan berpikir dan beragama. Itu potensial untuk menumbuhkan toleransi dalam bentuk dialog yang interaktif,” katanya.

Bagi Ihsan Ali Fauzi, toleransi sebenarnya merupakan kebutuhan bersama di tengah kehidupan bangsa yang majemuk dalam agama, etnis, budaya, dan golongan. Jauhi sikap mentang-mentang mayoritas sehingga menindas kaum minoritas. Dengan bersikap toleran, kita akan bisa membangun kehidupan yang damai dan saling menghargai di antara semua kelompok.

Mengenai toleransi, film Soegija dinilai sarat ide tentang pluralisme, toleransi, dan Bhinneka Tunggal Ika.

”Ini hal yang sangat pokok dalam kehidupan bangsa kita,” kata Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum seusai menonton film Soegija di bioskop XXI, Plaza Senayan, Jakarta, bersama sejumlah pengurus Partai Demokrat.

Menurut Anas, generasi sekarang perlu belajar dari tokoh- tokoh besar masa lalu, termasuk Uskup Mgr Soegijapranata SJ. ”Kita jangan melupakan sejarah. Kita harus belajar dari tokoh yang berperan,” ujarnya.

Sumber: http://ahmadwahib.com/id/index.php/tulisan/artikel/55-berita/114-toleransi-jadi-isu-utama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun