8. Keikhlasan berganti dengan rasa pamrih, rasa khawatir jika terlihat tidak aktif ber'amal dipartai atau wajihahnya. Tilawah qur'an karena merasa tidak enak dengan kader sejawat, hadir syuro karena perasaan tidak enak dengan mas'ul, bukan karena bagian dari prinsip dakwah. Takut dikatakan tidak amanah.
9. Pro pada penderitaan rakyat kini berganti berlomba-lomba mencari proyek. Demi menjaga komitmen koalisi permanen dua periode dengan SBY, mempeti eskan banyak kasus besar demi menjaga eksistensi presiden agar terbebas dari pamakzulan, sedangkan suara rakyat yang menjerit seakan tidak terdengar. "Ooh tidak benar akhi.. kami tetap memperjuangkan walaupun harus berhadapan dengan negara..". Maaf, saya sudah tidak percaya! Basi!
10. Menjadikan SBY sebagai "midholah" (payung pelindung), dengan mengatakan, "Bapak Presiden SBY, bagi kami kebersamaan dalam koalisi ini bukan sekedar agenda program politik kami, tetapi itu merupakan aqidah kami, iman kami". Subhanallah, luar biasa muroqib 'amm, ketua Majelis Syuro PKS ini, 'menjual' aqidah dan iman demi koalisi. Dengan kitab tafsir apa agar saya bisa memahami maksud perkataannya?
11. Dan tidak aneh jika terkadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang 'dilarang' agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Nasyid sudah tidak laku lagi saat kampanye, lebih memilih band terkenal agar menarik minat hati orang ammah. Tidak berfikir panjang untuk mengeluarkan dana ratusan juta, yang penting rakyat terpuaskan dan entah dimana nilai manfaatnya. Kader pun memilih tsiqoh (percaya) sambil berkata, "itu sudah disyurokan oleh orang-orang sholeh di PKS"
12. Aurat wanita seakan menjadi maklum saat artis terkenal bernyanyi dan bergoyang diatas panggung kampanye. Disaksikan ribuan pasang mata kader. Mereka tidak malu, tidak pula merasa risih. Para ummahat dan akhwat-pun seolah tidak merasa bahwa izzahnya di injak, bahkan suami tercinta ikut melihat mendampingi. Ketika salah seorang al-akh yang hanif bertanya kepada Dewan Syari'ah melalui sms, "'Afwan akhi, maksudnya kampanye PKS itu apa ya? Hukumnya apa yang begitu itu?". Make your mouth shut, silent please! Bungkam!
13. Oligarki politik serta diinasty kekuasaan menggantikan perasaan tanggung jawab dihadapan Allah ~'Azza wa jalla~
14. Dahulu qiyadah kita begitu bersahaja dan menjadi tempat menumpahkan curahan hati. Sekarang berganti menjadi tampak begitu sangar dan penuh arogansi. "Lo gak nurut sama gue, mending keluar aje, gabung sama partai laen atau bikin jama'ah baru!", atau "Ente kesenayan lagi, gue irup darah anak bini lu!". Saya membatin dalam hati, seperti itukah jamaah ini mengajarkan seorang qiyadah?
15. Kadernya sudah merasa pintar dan cerdas-cerdas, pandai beretorika, pandai mengeluarkan argumen, pandai mengeluarkan pendapat, pandai merekayasa, pandai bermain intrikan dan pandai berorasi. Sudah tidak berselera lagi untuk hadir bermajelis ilmu dalam tatsqif dan kajian mendengarkan nasehat ust dan taujih robbani
16. Liqo sudah sangat jauh dari semangat taqorub ilallah, ruhul jihad dan ittibaur rasul. Kini berganti membicarakan politik, rekayasa pemenangan 'dakwah', curhat qodhoya, bahkan habis dengan diskusi ngalor-ngidul, candaan sia-sia. Selesai larut malam tanpa ada semangat baru yang membekas. Datang telat menjadi hal yang biasa dan sangat maklum. Tidak ada iqob, baik sekali sang murobbi. Tidak ada catatan materi dibuku, karena mutarobbi 'sudah hafal' materi diluar kepala. Tidak pernah ada setoran hafalan alquran lagi, karena sang kader selalu mengatakan "aduh, afwan ya akh, ane belom hafal, gimana ya, mm, hehehe". Pulang liqo larut malam, kecapean, berat untuk qiyamulail, sholat shubuh kesiangan. Teruus begitu, tidak pernah berubah
17. Demo menolak intervensi asing terhadap negeri-negeri muslim, dimanfaatkan dalam mengolah isu untuk menakut-nakuti Cikeas agar tidak direshufle. Sekarang semuanya hanya untuk kepentingan politik. Tidak bersungguh-sungguh berniat membela hak umat Islam
18. Untuk memperlihatkan kepada publik bahwa PKS ini masih solid dan banyak pendukungnya, akhirnya show of force pada milad 13 PKS di Senayan. Dikerahkanlah orang-orang dari luar Jakarta, seperti: Banten, Karawang, Bogor dan Lain-lain. Tujuan politisnya juga jelas, untuk mempromosikan cagub-cawagub DKI Jakarta. Ketika salah seorang simpatisan ditanya, "Apa motivasi ibu datang ke acara milad ini?"."Aah enggak.. kite lagi jalan-jalan aje mas, maen aja ke Jakarta ngeliat monas begitu.."