Berbeda dengan PTT, Nusantara Sehat yang diluncurkan pada 2015, menekankan pendekatan tim. Setiap tim terdiri dari tenaga kesehatan lintas profesi seperti dokter, perawat, bidan, farmasis, gizi, hingga analis laboratorium. Penugasan dilakukan secara kolektif dengan pembekalan intensif, pelatihan kebangsaan, serta dukungan tempat tinggal dan insentif bulanan sekitar Rp 7--8 juta.
Program ini terbukti meningkatkan motivasi pengabdian, terutama di kalangan generasi muda. Lebih dari itu, alumni NS juga mendapat peluang melanjutkan pendidikan spesialis melalui jalur beasiswa.
Namun, seleksi ketat dan cakupan yang terbatas membuat NS belum bisa menjawab seluruh kebutuhan daerah, terutama di luar DTPK prioritas.
Distribusi Masih Belum Merata
Data dari Kementerian Kesehatan per Juni 2023 menunjukkan bahwa:
4,17% dari total 10.454 puskesmas tidak memiliki dokter sama sekali.
45% belum memiliki 9 tenaga kesehatan dasar yang ideal.
Pemerintah daerah kerap mengalami kesulitan dalam menganggarkan dan menempatkan SDM kesehatan.
Ketimpangan ini menunjukkan bahwa ketiga program yang ada masih berjalan sendiri-sendiri dan belum terintegrasi dalam kerangka distribusi nasional yang kuat.
Menuju Kebijakan yang Lebih Terpadu
Tantangan distribusi tenaga kesehatan seharusnya tidak dijawab dengan pendekatan sektoral. Diperlukan reformasi kebijakan yang menyatukan kekuatan tiga program tersebut ke dalam satu sistem yang lebih responsif, fleksibel, dan adaptif terhadap kebutuhan daerah.