Mohon tunggu...
Ahmad Shobirin
Ahmad Shobirin Mohon Tunggu... -

Analis Kebijakan di kantor Pemerintah Dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial - IISIP Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indeks Kesos : Menakar Kesejahteraan, Merawat Kemanusiaan

22 Mei 2025   20:48 Diperbarui: 22 Mei 2025   20:48 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Credit : Dok.pribadi)

Indeks: Cermin Mutakhir Dinamika Sosial Kita

Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, kebutuhan akan alat ukur yang objektif, terstandar, dan relevan menjadi sangat penting. Salah satu bentuk alat ukur tersebut adalah indeks---sebuah instrumen yang merangkum berbagai indikator ke dalam satu nilai komposit untuk menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, politik, hingga budaya dalam suatu wilayah. Indeks bukan sekadar angka, tetapi representasi dari fenomena kompleks yang telah disederhanakan agar bisa dibaca, dianalisis, dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan publik.

Di Indonesia, kita mengenal berbagai macam indeks yang telah menjadi acuan penting dalam pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), misalnya, mengukur capaian pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan. Ada juga Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang mencerminkan persepsi publik terhadap tingkat korupsi, dan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) yang menilai kualitas kehidupan demokratis berdasarkan indikator kebebasan sipil dan institusi demokrasi.

Manfaat dari keberadaan indeks-indeks ini sangat besar, tidak hanya bagi pemerintah tetapi juga bagi masyarakat luas. Indeks berfungsi sebagai alat navigasi dalam pengambilan keputusan, memberikan arah ke mana kebijakan perlu difokuskan, serta menjadi dasar evaluasi atas program-program pembangunan yang telah berjalan. Dengan adanya indeks, kita bisa membandingkan kondisi antarwilayah dan antarperiode secara lebih adil dan terukur. Tak kalah penting, indeks juga berperan dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas, sekaligus meningkatkan kesadaran publik tentang isu-isu strategis yang perlu mendapat perhatian bersama.

Dalam konteks pembangunan sosial, khususnya di tengah kompleksitas tantangan zaman, penyusunan indeks menjadi semakin relevan. Ia menjadi jendela untuk melihat apakah masyarakat kita benar-benar sejahtera, adil, dan berdaya. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang indeks, termasuk Indeks Kesejahteraan Sosial, menjadi langkah awal yang penting untuk merumuskan arah kebijakan yang berpihak pada rakyat dan berbasis pada data.

Membaca Ulang Kesejahteraan Sosial Lewat Indeks

Kesejahteraan sosial adalah konsep yang kerap disebut namun sering kali tak terukur secara presisi. Apakah sebuah masyarakat sudah sejahtera hanya karena pendapatannya meningkat? Ataukah kesejahteraan harus dilihat dari terpenuhinya hak-hak dasar, partisipasi sosial, dan keberdayaan ekonomi warga secara menyeluruh? Di sinilah Indeks Kesejahteraan Sosial (IKESOS) memainkan peran penting : "mengubah sesuatu yang abstrak menjadi konkret, dan menyajikannya dalam bentuk ukuran yang bisa ditindaklanjuti".

IKESOS dirancang bukan hanya sebagai instrumen Kemensos, tetapi sebagai indeks nasional yang merepresentasikan mandat konstitusional dalam urusan sosial seperti rehabilitasi sosial, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan sosial secara lintas sektor dan lintas daerah. Indeks ini menjadi cerminan bagaimana visi perlindungan sosial sepanjang hayat diterjemahkan ke dalam strategi kebijakan yang terukur dan partisipatif.

Secara konseptual, IKESOS dibangun dari tiga dimensi utama: Kebutuhan Dasar, Peranan Sosial, dan Keberdayaan Ekonomi, dimana masing-masing dimensi memuat indikator dan variabel. Dimensi Kebutuhan Dasar meliputi akses terhadap pangan, kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, tempat tinggal yang layak, serta rasa aman. Dimensi peranan sosial mencakup partisipasi warga, kohesi sosial, dan keberadaan kelembagaan inklusif. Sedangkan dimensi keberdayaan ekonomi mencerminkan kemampuan individu dalam berproduksi, memiliki aset, hingga daya tahan ekonomi rumah tangga.

Tiga dimensi ini membentuk kerangka kerja IKESOS secara utuh, yang bekerja secara bersamaan untuk membaca realitas sosial masyarakat Indonesia hari ini yaitu : apakah seseorang sudah sejahtera, sedang berkembang, atau justru belum terpenuhi hak-haknya sebagai warga negara. IKESOS hadir untuk memastikan bahwa pengukuran kesejahteraan tidak hanya memotret yang tampak di permukaan, tetapi juga menyelami aspek yang sering luput: partisipasi, aksesibilitas, dan keberdayaan dalam arti yang sesungguhnya.

Menarik pula, IKESOS tidak hanya memotret satu kelompok homogen. Ia dibagi menjadi tiga kategori besar: IKESOS Umum, IKESOS Lansia, dan IKESOS Disabilitas, yang masing-masing memiliki item pengukuran tersendiri sesuai dengan karakteristik kelompok rentan tersebut. Dengan pendekatan ini, pemerintah tidak hanya mengukur, tetapi juga memastikan bahwa data yang dikumpulkan merefleksikan realitas yang beragam.

Dari sisi metodologis, IKESOS menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk pembobotan, dengan bobot terbesar ditempatkan pada dimensi keberdayaan ekonomi (42%), disusul peranan sosial (31%) dan kebutuhan dasar (27%). Ini menandakan adanya pergeseran paradigma dari pendekatan bantuan ke arah pemberdayaan.

Selain sebagai alat ukur, IKESOS juga berfungsi sebagai panduan untuk perencanaan pembangunan sosial yang lebih inklusif, sebagai dasar monitoring dan evaluasi kebijakan, serta sebagai referensi dalam pemilihan intervensi sosial di daerah. Lebih jauh lagi, IKESOS memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan pembangunan inklusif yang menekankan pada equal access, empowerment, dan social cohesion sebagaimana diidealkan dalam berbagai teori sosial modern.

Membicarakan IKESOS berarti membicarakan arah baru kebijakan sosial Indonesia, yang tidak lagi semata berorientasi pada angka kemiskinan, tetapi lebih luas, menyentuh martabat, partisipasi, dan kualitas hidup manusia Indonesia. Dengan pendekatan yang komprehensif namun tetap membumi, IKESOS bukan sekadar angka atau laporan tahunan. Ia adalah jembatan antara data yang obyektif, kebijakan yang berorientasi solusi, dan perubahan nyata di tengah masyarakat. Dalam dunia yang makin kompleks, di mana tantangan sosial tidak bisa lagi ditangani dengan asumsi atau narasi semata, IKESOS hadir sebagai alat navigasi yang membantu pemerintah  dan Pemda dalam membaca realitas sosial secara lebih jernih, lalu menyusun intervensi yang tajam, terarah, dan berdampak.

Penutup 

Jika selama ini kita akrab dengan indeks-indeks global seperti HDI, atau Happiness Index, dll, maka IKESOS adalah jawaban lokal atas kebutuhan kita sendiri. Ia menjadi cermin realitas Indonesia : merekam denyut masyarakat dari gang-gang sempit di kota hingga desa terpencil yang jarang tersentuh. Di balik setiap indikator, terselip wajah-wajah manusia yang berharap hidupnya diangkat, didengar, dan dihargai.

Inilah lompatan besar kita, bukan hanya bagi Kemensos sebagai pengampu kebijakan, tetapi juga bagi komunitas pekerja sosial, penggiat pembangunan, akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil yang selama ini berjuang di garis depan mewujudkan keadilan sosial. IKESOS memberikan bahasa bersama bagi semua pihak untuk saling memahami, saling menguatkan, dan bersama-sama melangkah menuju Indonesia yang benar-benar sejahtera untuk semua.

Mari kita jadikan IKESOS bukan hanya alat ukur, tetapi juga alat gerak. Karena ketika kesejahteraan tidak lagi ditentukan oleh angka-angka ekonomi saja, melainkan juga oleh partisipasi, keberdayaan, dan kemanusiaan, di situlah bangsa ini benar-benar sedang tumbuh dewasa.

Ini bukanlah tujuan akhir, melainkan alat yang perlu terus diperbaiki dan disempurnakan, sebagai kompas untuk membaca realitas, merancang kebijakan, dan mewujudkan kesejahteraan sosial yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan untuk Indonesia yang tidak hanya sejahtera dalam angka, tetapi juga bermartabat dalam tindakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun