Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Membaca Buku (Terjemah) Shahih Tarikh Ath-Thabari

12 Februari 2021   17:11 Diperbarui: 12 Februari 2021   17:33 3610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah selesai juga membaca buku Shahih Tarikh Ath-Thabari. Hanya sekedar baca saja tanpa berbagai telaah kritis atas sejumlah informasi yang termuat di dalamnya. Buku terjemahan ini tebalnya 644 halaman. Diterbitkan Pustaka Azzam, Jakarta, tahun 2011. Jilid dua yang saya baca. Buku ini terdiri dari empat jilid.

Buku Shahih Tarikh Thabari ini ditahkik dari kitab Tarikh Ar-Rasul wal Muluk karya Abu Jafar Muhammad bin Jarir Thabari oleh Muhammad bin Thahir Al-Barzanji.

Ath-Thabari merupakan sejarawan Muslim hidup abad 10 Masehi kelahiran negeri Persia. Hampir seluruh informasi sejarah Islam diambil oleh ulama maupun peneliti dari Thabari. Buku yang puluhan jilid dalam bahasa Arab ini diterjemahkan dalam bahasa  Inggris menjadi 40 jilid dengan judul The History of Thabari. William Montgomery Watt, ahli Islam dari Barat, pun menerjemahkan buku Tarikh Ar-Rasul wal Muluk. Alhamdulillah saya pernah membaca jilid dua terkait dengan sejarah Nabi Muhammad Saw.

Puluhan jilid kitab Tarikh Ar-Rasul wal Muluk yang berbahasa Arab ini kemudian diseleksi oleh Muhammad bin Thahir Al-Barzanji menjadi empat jilid. Diberi judul Shahih Tarikh Ath-Thabari, yang berarti memuat riwayat yang sahih dari karya Ath-Thabari. Tentu saat menyeleksi ada ketentuan ilmiah yang dijadikan pedoman saat memilah dan memilih dari berbagai riwayat yang terhimpun pada karya Thabari.

Buku yang saya baca terjemahan Shahih Thabari jilid dua. Jilid satu, tiga, dan empat belum terbeli. Lumayan mahal harganya. Saya beli satu karena untuk rujukan sekunder saat menulis thesis di Pascasarjana UIN SGD Bandung.

Buku Shahih Tarikh Thabari ini memuat 375 riwayat. Pembahasan mulai peristiwa bitsah Rasul sampai wafat Rasulullah Saw. Di bagian akhir memuat sosok fisik Rasulullah Saw.

Masih persis dengan Tarikh Ar-Rusul wal Muluk, buku Shahih Tarikh Thabari memuat riwayat-riwayat. Bedanya tidak banyak cantumkan riwayat seperti pada Tarikh Ar-Rusul wal Muluk. Pada buku Shahih Tarikh Thabari sekira tiga sampai empat riwayat yang dicantumkan untuk setiap tema atau peristiwanya.

Menariknya lagi pada setiap riwayat yang dicantumkan ada catatan tentang status riwayat tersebut, termasuk pada sanad dan matan. Setiap riwayat yang diberi catatan oleh muhakkik dihubungkan dengan riwayat-riwayat dari kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab hadis muktabarah.

Terkait peristiwa anyar (diketahui) yaitu sejumlah riwayat sosok Abu Bakar diistimewakan oleh Rasulullah Saw. Betapa dekat kedudukan Abu Bakar dengan Nabi, bahkan ditetapkan imam shalat jelang akhir hidup Nabi. Tentu ini khas mazhab Ahlus sunnah. Sedangkan riwayat kedekatan Nabi dengan keluarganya (Ahlulbait) kurang muncul dalam buku Shahih Tarikh Thabari jilid dua ini. Memang susun menyusun buku bergantung pada sang penulis atau muhakkik. Kecenderungan sektarianisme tak bisa diabaikan dari setiap penulis. Ini pula yang disinggung oleh Ibnu Khaldun bahwa subjektivitas dan interested kadang muncul tanpa disadari dari karya yang dihasilkan.

Meski demikian, saya senang bisa baca sampai tuntas buku Shahih Tarikh Thabari ini. Saya menjadi paham dan mengerti bahwa sejarah pun tidak lepas catatan hadis.  Memang layak diakui secara sadar mengenai kedudukan hadis di tengah umat Islam penting. Kalau tanpa sikap kritis maka bisa-bisa seluruh informasi riwayat (yang disebut hadis oleh ulama) dianggap kebenaran yang otentik.

Tidak semua yang terkait dengan Rasulullah Saw itu otentik, sehingga para sarjana dan ulama modern kini mulai menyadari adanya subjektivitas dan kepentingan ideologis. Muncul pemikiran revisionisme. Bukan hanya sekadar curiga pada kaum orientalis, tetapi pada sesama ulama yang menyusun buku sejarah Rasulullah Saw pun disarankan agar dikaji kembali. Upaya "pembersihan" dari unsur ideologis dan sektarianisme adalah proses panjang untuk menuju penyempurnaan pengetahuan, yang kepentingannya untuk diambil pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun