Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Buku Rasulullah Saw sejak Hijrah hingga Wafat

3 Desember 2020   15:30 Diperbarui: 3 Desember 2020   15:31 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri/ahmadsahidin

Sekira tahun 2015 saya meminjam buku Rasulullah Saw sejak Hijrah hingga Wafat. Buku ini terjemah dari judul Muhammad Khatim An-Nabiyyin: Min al-Hijrah Hatta al-Wafat. Ditulis oleh Dr Ali Syariati dan terbit tahun 1989 di Teheran, Iran. Diterjemahkan oleh Dr Afif Muhammad dan diterbitkan Pustaka Hidayah Bandung tahun 2006.

Dulu saat kuliah S1 sempat punya bukunya. Namun ada yang pinjam hingga tidak kembali. Lalu tahun 2015, saya ke sebuah perpustakaan dan melihat buku tersebut. Saya pinjam dan baca. Kepikiran untuk memfotokopi karena kalau mencari buku original agak susah. Saya foto kopi dan simpan di rumah. Kemudian tahun 2020 bulan November, saya buka-buka tumpukan buku dan terlihat buku tersebut. Saya minat membacanya. Alhamdulillah tuntas sekira tiga pekan. Bukunya tipis hanya 237 halaman.

Meski tidak tebal, buku ini lama selesai bacanya. Pasalnya pendekatan dan analisa yang diuraikan dalam buku ini dapat disebut reflektif. Memang berisi narasi sejarah dari Tarikh Thabari dan Ibnu Hisyam, tetapi penyajian (rekonstruksi sejarah) Syariati cukup sulit dicerna kalau tidak mengetahui strukur sejarah Nabi Muhammad Saw. Filsuf memang beda dengan historian dalam menulis sejarah. Bedanya cukup mudah yaitu baca saja buku karya Syariati ini dan bandingkan dengan buku karya Shafiyurahman Mubarakfury. Pasti akan ditemukan bedanya.

Buku Rasulullah Saw sejak Hijrah hingga Wafat ini terbagi dalam tiga: hijrah, sepuluh tahun kehidupan di Madinah, dan momen wafat Muhammad. Dari tiga bagian ini aspek yang lumrah dan mengulang buku-buku sejarah lainnya yaitu pada bagian satu dan dua. Sedangkan bagian tiga lebih emosional dan coba menggugah kesadaran sejarah.

Dalam buku ini, Syariati menyajikan peristiwa Ghadir Khum yang jarang dimasukkan dalam buku sejarah. Juga berhasil menganalisa sebab musabab kekisruhan yang terjadi pascwafat Rasulullah Saw. Otoritas Madinah dan umat Islam pascwafat Rasulullah menjadi titik masalah. Rencana yang diinginkan Nabi tak sejalan dengan realita sejarah yang terjadi. Alih-alih mengembangkan misi utama Sang Nabi yaitu menyempurnakan akhlaq dan sesuai Alquran, dikalahkan ambisi materi dan pengokohan kekuasaan. Gagalkah masyarakat yang ditinggalkan Nabi? Saya tidak berani jawab. Anda bisa memahaminya saat membaca buku Dr Ali Syariati ini.

Pernah suatu hari Guru saya berkata agar kritis dalam membaca Sirah Nabawiyah, khususnya kasus perang. Memang buku-buku Sirah Nabawiyah itu berupa serpihan kehidupan Rasulullah Saw yang tertulis, tetapi tidak sakral karena masih terdapat peristiwa yang tidak sesuai dengan kepribadian dan akhlaq Rasulullah Saw.

Saya paham dengan pesan Guru, karena dalam penulisan sejarah (historiografi) tidak lepas dari kepentingan pribadi, permintaan penguasa maupun aspek mazhab dari sang historian. Hal yang layak dipahami justru dari buku Sirah Nabawiyah itu mana yang layak diambil dan yang tidak layak. Persoalan pemahaman atas narasi bergantung dari cara pandang seseorang atas peristiwa dan teks. Di sini penting untuk membandingkan antar perspektif, termasuk kepentingan pribadi dan mazhab manakala pendapat/opini mengemuka. Ini saya lihat dari Syariati benar-benar tampak pengaruh filsafat dan cara pandang sektarianisme masih bercokol. Kalau ingin jernih melihat perjalanan Nabi tentu harus masuk pada zamannya. Meski ada Alquran, tetapi aspek penerjemahan bahasa tidak luput dari unsur manusiawi sang pembaca.

Syariati memang seorang doktor bidang sosiologi dan sejarah. Banyak menyerap pengetahuan Barat di Perancis dan keislaman tradisional Syiah di Iran. Dua latar belakang ini cukup untuk memahami siapa Syariati. Ketika Syariati menulis narasi yang sama dengan produk Barat dan memunculkan aspek manusiawi yang dominan dari sosok Muhammad ketimbang aspek prophetic, apakah kita nilai tidak Islami atau mencederai Baginda Nabi? Kalau membaca dari periode sebelum Bitsah dan masa bitsah sampai wafat, maka bisa dilihat bedanya. Itu pun kalau bacanya cermat!

Maaf, saya hanya bisa menuliskan begini saja. Saya tak punya kafasitas ungkap khazanah klasik karena punya keterbatasan akses. Selain bahasa yang tidak dikuasai, juga tidak bisa masuk pada zaman Rasulullah Saw hidup sehingga hanya membaca saja tanpa kritis. Hanya ini yang saya mampu. Cag! *** (Ahmad Sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun