Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Alumni UIN SGD Bandung

Warga Kabupaten Bandung. Sehari-hari beraktivitas memenuhi kebutuhan harian keluarga. Bergerak dalam literasi online melalui book reading and review (YouTube Shalawat Channel). Mohon doa agar kami sehat lahir dan batin serta dimudahkan dalam urusan rezeki.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Guru dan Poligami

19 September 2019   11:53 Diperbarui: 19 September 2019   12:00 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam. Ini sekadar berbagi saja. Semoga bermanfaat dan bermakna bagi Anda. Ceritanya dibagi dalam dua, yang satu berbasis mimpi dan kedua realitas.

Sang Guru

Dalam tidur, saya bermimpi. Saya dan seorang teman ngopi di warung dan beli bakso. Saya bayar dan ternyata besar uang yang dikeluarkan. Tapi tak masalah karena sedang ada uangnya.

Lantas, saya pergi ke suatu tempat. Dan di tempat itu ada Sang Guru, yaitu Kang Jalal (Dr Jalaluddin Rakhmat) dengan ikat kepala hitam dan pakaian koko. Kang Jalal melihat saya kemudian memanggil. Saya pun mendatanginya dan saat tiba langsung cium tangannya. Kang Jalal memegang kepala saya dan mengusap sambil melafalkan doa.

Saat itu terdengar suara memanggil: "Bah, bah." Seketika saya bangun, ternyata sudah pukul 05.30 Wibb. Dan saya telat menunaikan shalat subuh. ***

Poligami

Seorang ibu yang merupakan Orangtua dari murid bercerita kepada saya. Suatu hari saat di rumah, ia meminta anaknya agar menemani ayahnya ke tempat belanja. "Temani ayahmu supaya tidak ngelayap ke rumah janda. Bagaimana kalau nikah lagi," ujarnya.

Anaknya spontan menjawab, "Tak apa-apa mah. Kata guru agama juga ayah boleh poligami dan mamah akan dapat pahala." 

Saya mendengar itu lantas ketawa dan hanya sedikit merenung. Dan saya baru ingat kalau sang anak itu di kelas pernah tanya tentang istri Nabi Muhammad Saw yang lebih dari satu. Dan saya sempat bilang kalau seorang istri ikhlas, pasti akan berbuah pahala. Dan kalimat itu pun meluncur dari sang murid saat mengomentari ibunya.

Duh, nasib guru agama. Harus hati-hati dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Khawatir dicerna mentah-mentah oleh para murid. Apalagi tema yang sensitif. *** (Ahmad Sahidin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun