Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kampus, Rumah Moderasi dan Pancasila

4 Juni 2022   12:11 Diperbarui: 4 Juni 2022   12:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - jalandamai.org

Lagi, untuk kesekian kalinya, seorang mahasiswa ditangkap densus 88, karena terlibat dalam jaringan terorisme. Beberapa waktu lalu, seoarang mahasiswa di Malang, Jawa Timur ditangkap, karena terbukti menjalin komunikasi dengan ISIS melalui salah satu tersangka jaringan Jamaah Anshorut Daulah (JAD). 

Hal ini membuktikan bahwa lembaga pendidikan kampus, masih menjadi target bagi kelompok radikal, untuk menyebarkan propaganda radikalisme. Kampus masih digunakan untuk melakukan rekrutmen dan kepentingan lainnya.

Peristiwa ini tentu bukan yang pertama kalinya. Di salah satu kampus di Bogor, juga pernah dijadikan banyak mahasiswa dari berbagai daerah untuk mendeklarasikan khilafah. Kampus di berbagai daerah juga pernah ditemukan hal serupa. Tidak hanya mahasiswa, bahkan ada juga dosen yang terindikasi mengajarkan paham radikalisme ke mahasiswanya.

Fakta diatas tentu harus menjadi peringatan buat civitas akademika dan semua pihak. Kampus merupakan rumah moderasi, jangan jadikan rumah untuk meradikalisasi generasi muda menjadi generasi pembenci. Seseorang yang sudah terpapar radikalisme, segala hal yang berbeda akan dibenci. Ketika kebencian sudah mendominasi, seseorang atau kelompok yang berbeda dianggap sebuah kesalahan, sesat, bahkan kafir.

Mari kita jaga dan jadikan kampus sebagai rumah kedua yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal. Mari kita isi kampus dengan gagasan dan perilaku yang mengedankan nilai-nilai Pancasila. Setiap interaksi, komunikasi dan diskusi yang dibangun harus tetap mengedepankan sikap saling menghargai dan menghormati. Tidak boleh menyudutkan, menyelahkan atau menebar kebencian karena persoalan subyektif.

Sebagai lembaga pendidikan, tentu dari level mahasiswa sampai rektor atau pemimpin tertinggi di kampus, juga harus aktif menebarkan pesan-pesan baik, yang menginspirasi dan menyatukan. Boleh berbeda pandangan, boleh harus saling kritis, tapi jangan sampai memecah belah. Karena Pancasila yang berisi nilai-nilai yang lahir dari tengah-tengah masyarakat, tidak pernah mengajarkan untuk saling bertikai.

Mari kita lihat satu persatu dari sila Pancasila. Sila pertama mengajarkan kepada kita tidak tidak melupakan Tuhan. Artinya masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang beragama, hanya saja keyakinan yang dipeluk berbeda-beda. Ada yang Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Sila kedua mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. 

Antar sesama harus saling memanusiakan, tidak boleh merasa tinggi, merasa kuat, atau merasa lebih lainnya. Dalam memanusiakan sesama manusia, harus tetap saling menghargai dan menghormati. Karena itulah, penting juga untuk menerapkan sila ketiga, yaitu menjaga persautan dan kesatuan bagi republik Indonesia.

Karena kita semua beragam, artinya potensi terjadinya perbedaan pandangan dan pendapat berpotensi bisa terjadi. Maka mengimplementasikan sila keempat menjadi penting, yaitu musyawarah untuk mufakat. Dan yang teakhir adalah sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun