Indonesia memang banyak mempunyai ulama-ulama terkenal. Ada yang terkenal karena low profile, namun ada juga yang terkenal karena keaktifannya masuk dalam berbagai kepentingan. Ada yang terkenal karena dakwahnya yang adem dan menyejukkan, tapi ada juga yang terkenal karena dakwahnya yang berapi-api dan penuh dengan provokasi.Â
Seperti Indonesia yang penuh dengan keberagaman suku, budaya, agama dan bahasa, ulama pun juga beragam di negeri ini. Namun, tentu saja ulama yang mampu menyatukan keberagaman, yang menyejukkan hati dan tidak tertarik bujuk rayu apapun, yang diperlukan negeri ini. Karena agama adalah sumber inspirasi, bukan sumber aspirasi.
Beberapa hari lalu, kita semua masyarakat Indonesia kehilangan ulama besar Syekh Ali Jaber. Beliau dikenal sebagai ulama yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dalam Al Quran. Dikenal sebagai ulama yang aktif menebarkan pesan-pesan damai. Tidak pernah tergoda ajakan untuk masuk ke politik atau kepentingan lain. Beliau tetap berada dijalurnya untuk berdakwah menyebarkan ajaran Nabi dan menjaga kedamaian dan persatuan negeri.
Tak dipungkiri, di Indonesia juga ada beberapa ulama yang seringkali meneriakkan takbir, meneriakkan ayat-ayat suci, tapi ucapan dan perilakunya justru jauh dari ajaran agama itu sendiri.Â
Beruntung ulama yang semacam ini jumlahnya tidak banyak. Beruntung masih banyak masyarakat yang paham, dan memilih pada ulama yang adem, yang fun, yang bisa mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan keagamaan secara guyub, rukun dan penuh canda.
Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) adalah negara besar. Kebesaran Indonesia ini sudah diakui dunia. Tentu saja menjadi tugas kita bersama, untuk menjaga dan mempertahankan kebesarannya tersebut.Â
Meski dalam perjalanannya, ada saja oknum-oknum tertentu yang mengganggu Indonesia. Salah satunya dengan cara menyebarkan propaganda radikalisme, yang bisa mengarah pada tindakan terorisme. Dan tak dipungkiri, bibit intoleransi, radikalisme dan terorisme itu, masih ada di Indonesia.Â
Karena itulah, menjadi tugas kita bersama, apapun latar belakang kita, apapun pekerjaan kita, menjadi tugas kita untuk menjaga Indonesia dari segala pengaruh buruk.
Terkadang, diantara kita mungkin ada yang salah jalan. Tidak bisa mengendalikan amarah, sampai akhirnya melahirkan hoaks, provokasi, ujaran kebencian dan tindakan intoleran. Dan salah satu yang mempunyai peranan untuk mengembalikan orang-orang yang salah tersebut, salah satunya adalah ulama.Â
Melalui dakwah dan ceramah yang dilakukan, diharapkan bisa mengembalikan ke jalan yang benar. Yang suka menebar amarah, bisa berubah mengendalikan amarah. Yang menebar kebencian, bisa berubah menebar kebaikan. Karena siapapun kita, apapun agama kita, berlomba berbuat kebaikan pada dasarnya yang dianjurkan setiap agama.
Indonesia perlu ulama yang bisa meluruskan yang salah. Indonesia butuh ulama yang mampu menyejukkan hati yang sedang marah. Karena sekarang ini, banyak masyarakat yang mudah marah, karena terprovokasi hoaks di media sosial.Â