Tak dipungkiri, perkembangan zaman tidak hanya melahirkan kemajuan, inovasi, dan dampak positif lainnya, namun juga memunculkan dampak negative lainnya. Salah satunya maraknya penyebaran pesan kebencian yang meresahkan. Provokasi kebencian dan penyebaran informasi bohong ini, terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak bisa membedakan mana kebenaran mana kebohongan. Mana informasi yang valid mana informasi yang tidak jelas kebenarannya.
Salah satu contoh masih ada masyarakat yang belum cerdas karena tidak bisa membedakan mana valid mana tidak adalah, fenomena munculnya kerajaan atau keraton yang namanya aneh-aneh belakangan ini. Keraton Agung Sejagat misalnya, telah mampu mempengaruhi ratusan orang untuk jadi pengikutnya. Hal yang sama mungkin kita juga masing ingat ketika ISIS muncul, dan berhasil mempengaruhi jutaan orang dari berbagai negara, berbondong-bondong datang ke Irak dan Suriah, untuk bergabung.
Apa yang bisa kita jadikan pembelajaran? Hal diatas menunjukkan bahwa rasionalitas masyarakat telah hilang. Begitu mudahnya mereka percaya hanya karena diiming-imingi keuntungan ekonomi, diiming-imingi mati syahid atau masuk surga. Padahal keuntungan ekonomi itu hanya bisa dicapai dengan bekerja, mati syahid dan masuk surge hanya isa dilakukan dengan menjalankan perintah Allah. Dan itu pun tahu tidak nya seseorang meninggal dalam keadaan syahid, dan tahu tidaknya seseorang akan masuk surga, yang bisa mengetahui hanyalah Allah SWT, bukan kita, bukan kalian, dan bukan tokoh masyarakat lainnya.
Menjadi rasional akan membuat kita bisa melihat segala sesuatunya secara utuh dan tidak parsial. Untuk bisa melihat Indonesia pun, kita juga akan bisa melihat secara obyektif. Kenapa hal ini penting? Karena Indonesia adalah negara dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi. Keragaman suku, agama, budaya dan bahasa itu, berptotensi melahirkan kecemburuan, iri dengki, bahkan konflik, jika tidak disikapi secara arif dan bijaksana.
Saatnya, menjadi generasi penerus yang cerdas. Cerdas disini artinya tidak hanya sebatas bisa membedakan mana baik dan benar, namun juga bisa berpikir logis atau tidak. Contohnya, kalau ada manusia tidak makan maka akan langsung meninggal. Pernyataan tersebut logis atau tidak? Jawabannya tentu tidak. Kecuali jika tidak makan berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan mungkin bisa meninggal. Logika-logika semacam ini perlu kita bangun. Sama halnya ketika ada pernyataan, apakah kalau berbeda pandangan atau keyakinan itu bisa langsung dikatakan kafir? Kalau memberikan sejumlah uang kepada keraton, apakah langsung bisa mendapatkan keuntungan? Karena itu, jadilah generasi yang cerdas.