Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Toleransi dari Sejarah di Indonesia

29 Desember 2019   06:33 Diperbarui: 29 Desember 2019   06:38 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toleransi merupakan hal yang tak terpisahkan dengan karakter budaya masyarakat Indonesia. Toleransi juga merupakan keniscayaan di Indonesia. Dan berbicara tetang toleransi, bukanlah hal yang barus saja terjadi beberapa tahun ini.

Sejarah Indonesia banyak memberikan pelajaran tentang toleransi. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa melalui Wali Songo misalnya. Masyarakat Jawa ketika itu umumnya sudah memeluk agama.

Bahkan ada yang masih menganut aliran kepercayaan. Namun, Islam tidak pernah menggusur keyakinan yang ada. Islam justru merangkul sampai terjadinya akulturasi budaya. Dan peninggalan akulturasi itu bisa kita lihat hingga saat ini.

Dari awal masuk, Islam tidak pernah membawa kekerasan. Cara Wali Songo yang tetap menjaga budaya lokal ketika itu, patut kita tiru di era milenial sekarang ini.

Pendekatan dengan menggunakan musik, wayang, adalah salah satu cara untuk menyebarkan Islam agar tidak menyinggung, agar mudah dipahami, dan agar tidak pernah menggusur budaya yang ada.

Dan hasilnya, Islam berkembang begitu pesat di tanah Jawa hingga ke seluruh pelosok negeri di Indonesia. Bahkan Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di Indonesia.

Lalu, apakah ketika Islam berkembang menjadi mayoritas, harus menguasai semuanya? Tentu tidak. Islam harus tetap toleran seperti ketika awal mula masuk ke Jawa.

Jika ada kelompok yang mengatasnamakan muslim, tapi justru tidak berperilaku toleran, mereka sepertinya perlu belajar dari sejarah masuknya Islam. Bahkan, Rasulullah SAW pun tak henti-henti memberikan pelajaran tentang toleransi ini.

Tidak hanya Islam, kearifan lokal di berbagai daerah juga banyak yang mengajarkan tentang toleransi. Dalam tradisi Jawa mengenal unggah-ungguh yang menganjurkan untuk saling menghormati dan menjaga sopan santun antar sesama.

Dalam tradisi Jawa juga ada tepo seliro dimana semangat untuk saling menghargai selalu dibawa dalam setiak ucapan dan tindakan. Semangat yang sama ini pada dasarnya ada hampir disetiap kearifan suku-suku yang ada. Itulah kenapa pula, keberagaman yang ada di Indonesia masih tetap terjaga dalam konsep negara kesatuan republik Indonesia.

Tak dipungkiri, nilai-nilai toleransi ini mulai sedikit tergerus seiring kemajuan zaman. Saling menghargai sepertinya mudah dilakukan, namun nyatanya sulit dilakukan bagi sebagian orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun