Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Muda, yang Menangkal

2 November 2019   17:05 Diperbarui: 2 November 2019   17:14 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari paubox.com

Di Indonesia, penyebaran bibit radikal memang tak bisa dianggap sebelah mata. Karena Indonesia memang tak bisa dilepaskan dari serangkaian aksi bom, yang dilakukan kelompok radikal dan teror. Dari kelompok JI, JAT, JAD, dan mungkin masih banyak lagi kelompok-kelompok lain, yang terus menebar propaganda radikalisme dan ancaman teror. Ironisnya, banyak pelaku teror dan kelompok radikal ini didominasi dari anak-anak muda, yang masih berusia produktif. Tentu kondisi ini harus kita antisipasi bersama. Jangan sampai generasi penerus, jatuh ke kelompok radikal yang terus menebar onar.

Kenapa anak muda banyak menjadi korban dan terpapar radikalisme? Dalam proses pencarian jati diri, anak muda seringkali mengedepankan egonya, seringkali minim pertimbangan ini itu. Melakukan dulu baru menimbang kemudian. Hal semacam inilah yang kemudian sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk menyusupkan propaganda radikalisme. Apalagi anak muda itu jarang melakukan literasi, jarang melakukan cek dan ricek terhadap setiap informasi yang ada. Semakin pelik, ketika kelompok intoleran dan radikal ini seringkal menyusupkan nilai-nilai agama yang disalahartikan. Tak heran jika anak muda banyak yang menjadi korban provokasi.

Namun, tidak sedikit pula anak muda yang cerdas, inovatif, dan tidak meninggalkan sejarah dan akar budayanya. Anak muda seperti inilah yang dibutuhkan Indonesia saat ini. Anak muda yang mempunyai kepedulian dan berpikir terbuka. Hanya dengan kepedulian dan keterbukaan pikiran itulah, paham-paham negative seperti radikalisme tidak bisa masuk di dalam diri. Dengan sikap yang kritis dan terus membekali diri dengan literasi, akan menciptakan benteng yang kuat, untuk bisa memfilter setiap informasi yang masuk.

Seperti kita tahu, banyak anak muda yang menjadi korban. Namun banyak juga anak muda yang aktif menyebarkan pesan damai, aktif memberitakan tentang kearifan lokal serta semangat kegotongroyongan. Dan semuanya itu mayoritas dilakukan oleh anak muda. Dan ini merupakan bukti, jika anak muda bergerak, maka akan melahirkan kekuatan yang tak terkalahkan. Kemerdekaan Indonesia terlahir, juga tak bisa dilepaskan dari peran anak-anak muda. Begitu juga semangat reformasi yang digagas mahasiswa, juga berhasil menurunkan rezim orde baru setelah 32 tahun berkuasa. Inggris tidak bisa masuk ke Surabaya ketika itu, juga karena peran santri dan generasi muda yang berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Generasi muda harus menjadi penangkal, segala aktifitas yang mengkhawatirkan. Anak muda harus menjadi penangkal segala bibit radikal. Anak muda harus menjadi penyebar perdamaian, agar kerukunan dan toleransi di negeri ini tetap terjaga. Ingat, Indonesia merupakan negara dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi. Keragaman suku, budaya agama dan bahasa menjadi ciri khas negeri ini. Keragaman inilah yang terus diganggu oleh kelompok radikal, untuk menjadikan negeri ini menjadi negeri khilafah, seperti yang diterapkan kelompok ISIS. Mari kita terus menjadi penangkal yang radikal dan jangan menjadi penyebar bibit radikal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun