Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Hargai Hasil Pilpres, Jangan Saling Memecah Belah

19 April 2019   11:43 Diperbarui: 19 April 2019   12:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Capres Berpelukan - pantau.com

Kemarin masyarakat Indonesia telah melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan legislative secara serentak. Hasil sementara versi quick count telah dirilis. Namun kedua belah pihak hingga saat ini sama-sama mengklaim memenangkan perhelatan politik. 

Padahal, hasil akhir dari penghitungan suara nanti akan berada di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Apa yang terjadi di tahun 2019 ini, mengingatkan dengan piplres pada 2014 yang lalu, dimana salah satu paslon juga mengklaim kemenangan sebelum pengumuman dari KPU. 

Namun, setelah pengumuman KPU, pihak yang sempat mengklaim kekalahan itu mengakui kekalahannya. Akankah di 2019 ini kembali terulang?

Jauh sebelum pelaksanaan pemilihan pilpres, dunia maya begitu banyak dipenuhi ujaran kebencian dan berita bohong alias hoaks. Publik berharap perilaku negative itu tidak terjadi lagi setelah pelaksanaan pilpres usai. Namun paska klaim kemenangan dari kedua belah pihak, penyebaran hoaks dan kebencian masih saja terjadi. 

Bahkan bisa berpotensi memecah belah masyarakat, jika elit politiknya terus menebar provokasi. Mari kita kembali bersatu, setelah sebelumnya berseteru. Tak ada gunanya menebar kebencian, dan terus saling mencaci.

Mari saling introspeksi. Bukankah ketika memutuskan ikut bertarung dalam perhelatan politik, entah itu pileg, pilkada hingga pilpres, konsekwensinya adalah terpilih atau tidak terpilih. Jika kita sudah tahu konsekwensinya, semestinya para pihak sudah siap untuk menang dan siap untuk kalah. 

Kesiapan itulah yang berkontribusi pada semakin dewasanya demokratisasi di Indonesia. Sebaliknya, jika para pihak tidak siap kalah atau siap menang, tidak hanya demokratisasi yang terganggu, tapi potensi perpecahaaan  antar anak bangsa bisa sewaktu-waktu terjadi.

Dewasa dalam berdemokrasi perlu dilakukan oleh semua pihak. Mulai dari pendukung, elit politik, hingga pasangan calonnya sendiri. 

Tidak bisa merasa paling benar, tidak bisa merasa paling unggul, dan tidak bisa mengklaim secara sepihak telah mendapatkan kemenangan. 

Menghormati kemenangan dan kekalahan juga perlu dilakukan oleh semua pihak. Ingat, kita bangsa Indonesia yang mempunyai budaya saling menghargai dan menghormati sejak dulu. Nenek moyang kita mengajarkan tetang bagaimana saling menghargai dan menghormati antar umat beragama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun