Mohon tunggu...
Ahmad Ali Rendra
Ahmad Ali Rendra Mohon Tunggu... Lainnya - Kartawedhana

Kurator sekaligus Edukator Museum Rakyat Hulu Sungai Selatan, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negeri Para Kesatria di tanah Kalimantan [Bagian-I]

10 Februari 2022   11:00 Diperbarui: 10 Februari 2022   13:41 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan

Dalam sejarah panjang Nusantara ada sebuah negeri yang tidak sedikit mencetak para kesatria dari kumpulan klan yang berasal dari sebuah wilayah di tanah Kalimantan. Para "pendekar" dari tempat tersebut membuktikan diri mereka bukan hanya "jago kandang" di Kalimantan saja, mereka juga menorehkan sejarah ketangguhanya di berbagai tempat di penjuru Nusantara ini. Sehingga cap jagoan dan suka berkelahi pun kadang melekat dan menjadi stigma terhadap mereka, namun tidak sedikit pula dari golongan mereka juga menelurkan para ulama-ulama tersehor di Nusantara ini.

Ini kisah tentang penduduk di Negeri Banjar yang berada di Kalimantan Selatan yang lebih dikenal sebagai masyarakat Banjar dimana mayoritas berasal dari gen klan Maanyan, Ngaju, Melayu dan Bukit yang kemudian melahirkan ras etnik melayu baru yaitu Banjar Pahuluan, Banjar Kuala dan Banjar Batang Banyu (kemudian disebut suku Banjar saat ini). Amalgamasi kebudayaan Banjar itu perpaduan antara inti kebudayaan  dari klan Ngaju, Melayu, Bakumpai, Jawa, Maanyan, Bukit, Tiongkok dan Timur tengah sebagai unsur pembentuknya. Kerajaan Banjar dan pendahulunya pernah berkali-kali menguasai 3/4 wilayah pulau Kalimantan. Bahkan menebarkan pengaruhnya sampai ke Sumbawa, Riau dan Buton.

Masyarakat Banjar khususnya untuk mereka yang berada diwilayah Banjar klassik di Hulu Sungai memang dikenal pabriknya para "jagoan". Tidak hanya sekali atau dua kali, dalam beberapa laporan kolonial Belanda menyebutkan kehebatan mereka dalam pertarungan maupun dalam pertempuran besar. Perang Banjar yang secara resmi dicatat Belanda dari 1859-1863 menyajikan plot-plot menarik tentang keperkasaan mereka yang menurut Van Ress adalah kobaran peperangan yang hampir sia-sia karna banyaknya perwira-perwira terbaik Belanda (orang eropa) gugur dalam perang ini. Untuk menyelesaikan perang Banjar yang begitu ganas pihak kolonial Belanda harus mengambil taktik politik yg menarik dgn menjadikan para kerabat pemimpin perang menjadi pejabat-pejabat tinggi di Pemerintahan Hindia-Belanda sehingga membuat posisi yang dihadapi para pemimpim perlawanan semakin dilematis dan hal itu juga berfungsi "mengambil hati" masyarakat setempat. Tidak banyak yang tahu "Perang Banjar" baru benar-benar berakhir pada tahun 1906 pasca gugurnya Sultan Muhammad Seman akibat tertembus peluru serdadu marsose diwilayah tanah dusun. Sejatinya pasca 1863 (secara resmi peperangan dihentikan) . Namun bagi para gerilyawan peperangan tetap harus berkobar. Perlawanan secara sporadis terus berlanjut di wilayah dusun hulu. Namun pada perang di tanah Dusun itu pihak Belanda lebih banyak memakai "jasa" sebagian besar pemimpin lokal tanah dusun yang berada di pihak mereka.

Orang-orang Banjar tidak selalu berada dalam posisi yg suci. Mereka seperti manusia pada umumnya, kadang juga ada yang memilih berada disisi hitam maupun putih.

Sekitar abad ke-16 masehi rakyat Banjar pernah dengan gagah berani mengalahkan invasi Mataram yang menggabungkan kekuatan Tuban, Surabaya dan Madura. Bahkan di abad ke-16 itu juga mereka berhasil menglahkan dan mempermalukan VOC pada serangan "penghukuman Banjar I & II" yang dilancarkan VOC dengan bantuan beberapa kerajaan di Nusantara.

Dalam suatu cerita ada seorang Patih hebat dari kerajaan Selaparang di Nusa Tenggara yang diduga kuat berasal dari orang Banjar, Patih itu bernama Arya Sudarsana atau Arya Banjar ia mengabdi kepada Raja Selaparang Prabu Kertabumi . Namun suatu ketika Patih itu kemudian memberontak kepada Prabu Kertabumi dan berhasil membunuh dua orang panglima kerajaan. Prabu Kertabumi sangat marah kepadanya selain 2 panglima perang yang dibunuhnya sang permaisuri juga jatuh hati kepadanya. Kekalahan para prajurit andalan Selaparang melawan pasukan Arya Sudarsana yang hanya berjumlah seratus orang lebih memanaskan hati baginda raja. Karenanya pula raja Selaparang yang terdesak harus minta bantuan kepada Kerajaan Banjar. Sultan Banjar saat itu mengutus Patih Pilo dan Patih Laga ke Selaparang. Sedang menurut versi lain, patih yang dikirim Sultan Banjar ialah Patih Pilo dan patih Sudarbaya. Setibanya di tanah Selaparang pasukan Arya Sudarsana atau Arya Banjar dikalahkan. Karena terdesak dan tidak dapat mengalahkan kedua patih dari Kerajaan Banjar. Arya Banjar (Arya Sudarsana) meminta perlindungan Raja Pejanggik. Selain 2 Patih tangguh  Sultan Banjar juga mengutus seorang Pangeranya yaitu Raden Subangsa yang kelak akan menurunkan Raja-Raja di Kerajaan Sumbawa.

Dalam plot-plot sejarah "Perang Banjar" juga tidak sedikit diceritakan tentang aksi-aksi hebat para kesatria Banjar dalam memerangi musuh-musuhnya. Yang akan kita lanjutkan pada "Bagian ke-II" ----(BERSAMBUNG)------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun