Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humor

Komersialisasi Edukasi atau Edukasi Komersialisasi?

16 Oktober 2018   22:16 Diperbarui: 16 Oktober 2018   22:27 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Pertanyaan yang dilematis dan cukup romantis ketika mendengar kata-kata si empunya keris dengan tokoh humoris. Secangkir kopi memberikan informasi, dua cangkir kopi memberikan inspirasi, tiga cangkir kopi memberikan halusinasi dan beberapa cangkir kopi membuat semuanya sakit gusi. Memang begitu berharganya kopi dengan pembahasan sakit karena komersialisasi.

Sok bergengsi karena sudah beradaptasi. Maka yang perlu di kaji kami kaji dan yang perlu ditangisi kami tertawaan, ha ha ha. Maklum saja saya bukan orang yang terlalu humoris layaknya pelawak kondang Sule, tapi saya ini sebenarnya seperti Spongebob yang lucu tapi agak kurang lucu, jadi entahlah siapa saya. Tapi klok si empunya keris, bukan lantas dia pandai keris. Tetapi rambut gondrongnya yang sudah patut masuk akademi dukun berkeris membuat ciri tersendiri, sehingga saya terobsesi menyebutnya si mpunya keris. Kelihatnya dia sakti dengan gondrongnya wah....wah .waahhh

Semalam dia bercerita kepada saya tentang betapa mahalnya sebuah edukasi, maka bukan hayal ketika edukasi dikomersilkan. Katanya "alat kelamin saja di komersialisasi_makannya ada sek komersial". Pungkasnya dalam medetasinya, apalagi edukasi, sudah pasti itu akan dikomersialkan, maka akan jadi komersialisasi edukasi, bukan edukasi komersialisasi. Cihuuyyyy bingung ya.... Memang begitu bahasa si empunya keris, maklum dia kan mau masuk akademi dukun, jadi perkataannya perlu di tafsirkan kembali.

Saya kagum dengan si empunya keris, dia bukan lagi dukun. Bahkan lebih dari dukun. Perkataannya mengandung beberapa persuasi halus. Bahwa tidak ada yang baik menurut si empunya kecuali dia berbuat baik dimanapun saja. "Bukan lantas lingkungan baik lalu, dia ikut baik. Atau malah sebaliknya jika lingkungan jelek maka dia akan ikut jelek" itu namanya bunglon. Gak punya karakter.

Nah, sekalian jika mau jadi orang jelek langsung saja berbuat jelek meskipun pada lingkungan baik. Atau bilamana mau jadi orang baik, maka berbaik saja pada lingkungan jelek. Itu artinya lingkungan bukan alasan mencapai suatu tujuan hidup. Hem....mantep juga si empunya keris itu. Perlu diteladani

Sekarang sudah masanya bagaimana kegiatan yang didalamnya mengandung edukasi sudah menyatu terhadap kepentingan suatu golongan. Barang pastinya adalah, sarana prasarana edukasinya akan dikomersialkan atau di sarana komersial akan di edukasikan di sarana prasarananya. "Intinya lembaganya akan diperjualbelikan demi kepentingan politis atau di  ", lugas kata si empunya keris.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun