Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Mari bina perstuan dan kesatuan

Membaca dan menulis merupakan upaya mencerdaskan dan awet muda

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kalimat Majemuk Setara vs Bertingkat Sebab Akibat: Kok, Beda?

13 Agustus 2025   09:31 Diperbarui: 13 Agustus 2025   09:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar Diagram Venn Ahmad Muttaqillah Terkait Persamaan dan Perbedaan Kalimat Majemuk Setara dan Bertingkat Sebab Akibat

Pernah nggak, waktu nulis atau ngobrol, kita mengucapkan dua hal yang berhubungan sebab-akibat? Misalnya, "Aku ketinggalan bus, jadi telat sampai kantor." Nah, ternyata, itu salah satu bentuk kalimat majemuk. Menariknya, kalimat majemuk ini ada jenisnya lho: setara dan bertingkat.

Kalimat majemuk setara sebab akibat adalah gabungan dua klausa yang kedudukannya sederajat. Artinya, dua-duanya bisa berdiri sendiri sebagai kalimat lengkap. Biasanya pakai kata penghubung seperti maka, oleh karena itu, sebab itu, atau karena itu. Misalnya: "Listrik padam, maka kami menyalakan lilin." Dua bagiannya jelas bisa hidup sendiri tanpa kehilangan arti.

Kalau kalimat majemuk bertingkat sebab akibat, beda cerita. Di sini ada induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimatnya nggak bisa hidup sendiri alias nggak punya makna utuh kalau dipisahkan. Penghubungnya juga beda, seperti karena, sehingga, atau sampai-sampai. Contohnya: "Budi belajar keras sehingga mendapatkan nilai sempurna." Kalau kita cuma bilang "Sehingga mendapatkan nilai sempurna" tanpa induk kalimat, orang pasti bingung.

Persamaan keduanya jelas: sama-sama bicara hubungan sebab dan akibat. Cuma, struktur dan kata penghubungnya yang bikin beda. Jadi, kalau mau cepat mengenali, coba deh pisahkan dua klausa itu. Kalau keduanya bisa hidup sendiri, itu setara. Kalau yang satu nggak bisa tanpa yang lain, itu bertingkat.

Di sekolah, kita sering diminta membuat contoh keduanya. Tapi di dunia nyata, kita memakainya tanpa sadar. Saat curhat ke teman, menulis status media sosial, atau bikin laporan kerja, pola ini muncul alami. Sayangnya, kalau nggak paham bedanya, bisa salah kaprah waktu menulis formal.

Menguasai jenis kalimat ini penting bukan cuma buat ujian bahasa Indonesia, tapi juga untuk komunikasi yang efektif. Menulis jadi lebih terstruktur, pembaca nggak bingung, dan pesan kita sampai dengan jelas. Bayangkan kalau kita salah menulis sebab-akibat, bisa bikin orang salah paham.

Jadi, yuk mulai sekarang kita lebih peka. Perhatikan kata penghubung yang kita pakai dan coba cek: setara atau bertingkat? Dijamin, kemampuan menulis dan bicara kita bakal naik level!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun