Mohon tunggu...
Ahmad Muttaqillah
Ahmad Muttaqillah Mohon Tunggu... Mari bina perstuan dan kesatuan

Membaca dan menulis merupakan upaya mencerdaskan dan awet muda

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Merangkai Ide dengan Kalimat Majemuk Bertingkat

18 Juli 2025   15:29 Diperbarui: 18 Juli 2025   15:29 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa MI Pembangunan Sedang Menulis Cerita: Dari Gemini AI

Bahasa Indonesia memiliki struktur yang kaya, salah satunya tercermin dalam kalimat majemuk bertingkat. Kalimat ini tidak hanya menyampaikan satu gagasan utama, tetapi juga didampingi oleh anak kalimat yang menjelaskan sebab, waktu, syarat, tujuan, bahkan perlawanan. Dengan kata lain, kalimat majemuk bertingkat merupakan jembatan yang menghubungkan berbagai ide menjadi satu kesatuan yang padu dan bermakna.

Dalam kalimat majemuk bertingkat, kita mengenal induk kalimat dan anak kalimat. Induk kalimat bisa berdiri sendiri, sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri dan biasanya bergantung pada induknya. Keduanya dihubungkan oleh konjungsi subordinatif, seperti: karena, agar, meskipun, jika, ketika, sebelum, dan sebagainya.

Misalnya dalam kalimat: "Saya tetap pergi ke sekolah meskipun hujan turun." Kalimat utama atau induknya adalah "Saya tetap pergi ke sekolah", sedangkan anak kalimatnya "meskipun hujan turun" yang menunjukkan pertentangan. Dalam praktiknya, variasi kalimat semacam ini sangat penting untuk memperkaya tulisan, baik itu narasi, eksposisi, hingga karya sastra.

Dengan memahami jenis hubungan dalam kalimat majemuk bertingkat, seperti sebab-akibat, waktu, tujuan, syarat, hingga perlawanan, penutur bahasa Indonesia dapat menulis dan berbicara dengan lebih terstruktur dan bermakna.

Kalimat majemuk bertingkat memiliki ciri-ciri utama, yaitu terdiri dari dua klausa atau lebih, memiliki satu induk kalimat yang bisa berdiri sendiri, dan satu atau lebih anak kalimat yang bergantung pada induknya, serta dihubungkan oleh konjungsi subordinatif seperti karena, ketika, agar, jika, dan meskipun.

Misalnya, hubungan sebab-akibat terlihat dalam: "Ia tidak masuk sekolah karena sakit demam." Untuk waktu: "Ketika bel berbunyi, siswa segera masuk kelas." Tujuan: "Kami belajar giat agar lulus ujian." Syarat: "Jika kamu rajin, kamu akan berhasil." Dan perlawanan: "Dia tetap bekerja meskipun hujan turun deras." Dengan mengenali ciri dan variasinya, kita dapat mengekspresikan gagasan secara logis dan variatif dalam berbahasa.

Tidak heran jika penguasaan struktur ini menjadi salah satu dasar keterampilan berbahasa yang penting, baik untuk pelajar, penulis, guru, maupun jurnalis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun