Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis Hadiwaluyo
Akhmad Mukhlis Hadiwaluyo Mohon Tunggu... Journalist

Sampai jauh, jauh di kemudian hari.

Selanjutnya

Tutup

Book

Siri, Pelayaran, dan Peradaban Bugis: Menyusuri Jejak Leluhur dalam Buku Manusia Bugis

23 Juli 2025   00:13 Diperbarui: 3 Agustus 2025   21:54 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Manusia Bugis (2021) - Christian Pelras". (Foto/Penerbit Ininnawa)

Di jantung Sulawesi Selatan, di antara sawah-sawah subur dan aliran sungai yang melintasi daratan, hidup sebuah masyarakat yang kuat, tangguh, dan kaya akan nilai: orang Bugis. Melalui buku Manusia Bugis, antropolog Prancis Christian Pelras mengajak kita menembus batas waktu, menyelami sejarah panjang dan kebudayaan unik yang membentuk identitas Bugis hari ini.

Pelras, yang mempelajari masyarakat Bugis selama lebih dari tiga dekade, menulis buku ini bukan sekadar sebagai hasil riset akademis, tetapi sebagai refleksi mendalam terhadap peradaban yang sering kali terpinggirkan dalam arus besar sejarah nasional. Dalam buku ini, kita tidak hanya diajak mengenal nama-nama seperti Bone, Wajo, atau Arung Palakka. Kita diajak untuk mendengar denyut nadi masyarakat Bugis melalui nilai-nilai yang menghidupi mereka: siri', pacce, dan kehormatan.

Leluhur, Kerajaan, dan Jejak Migrasi

Dari lontara' - manuskrip kuno Bugis - Pelras merangkai sejarah orang Bugis sejak masa kerajaan-kerajaan lokal seperti Luwu, Bone, dan Soppeng. Masyarakat Bugis telah lama memiliki sistem sosial yang terstruktur, hukum adat yang tertulis, dan tata pemerintahan yang maju bahkan sebelum kedatangan penjajah Eropa.

Namun, sejarah Bugis tidak hanya tentang kekuasaan lokal. Ketika konflik dan peluang memanggil, mereka menjawab dengan berlayar jauh ke seberang lautan. Tidak sedikit Bugis yang bermigrasi ke Kalimantan, Sumatra, Malaysia, hingga pesisir Australia. Semangat perantauan - atau massompe' - bukan sekadar upaya mencari nafkah, tapi adalah bagian dari identitas dan harga diri mereka.

Siri' dan Pacce: Jiwa Masyarakat Bugis

Dua kata - siri' dan pacce - menjadi kunci utama dalam memahami orang Bugis. Siri', yang bisa diartikan sebagai rasa malu, kehormatan, dan martabat, bukan hanya prinsip pribadi, tapi sistem moral sosial. Kehilangan siri' dianggap lebih menyakitkan daripada kematian. Maka tak heran jika masyarakat Bugis rela berkorban demi menjaga kehormatan keluarga atau komunitasnya.

Sementara itu, pacce mencerminkan empati dan solidaritas sosial - nilai yang menyeimbangkan ketegasan siri'. Melalui pacce, masyarakat Bugis menunjukkan sisi kelembutan, kepedulian terhadap sesama, dan kekuatan kolektif untuk bertahan hidup.

Gender dan Spiritualitas: Dunia yang Lebih Luas

Salah satu temuan menarik Pelras adalah tentang keberadaan bissu - sosok spiritual yang tidak terikat pada gender laki-laki atau perempuan. Dalam masyarakat Bugis, bissu memainkan peran penting dalam ritus adat dan kehidupan spiritual, memperlihatkan bahwa konsep gender di Bugis jauh lebih kompleks dan inklusif daripada pandangan modern yang biner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun