Mohon tunggu...
Ahmad Maruf Yahya
Ahmad Maruf Yahya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030035

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030035

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Museum Gempa Bumi Boyolali: Saksi Bisu Gempa Bumi Yogyakarta Tahun 2006

9 April 2022   16:22 Diperbarui: 9 April 2022   16:24 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Gempa Bumi Boyolali (Dokpri)

Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi akbiat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Seperti yang kita ketahui, penyebab terjadinya gempa bumi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gempa vulkanik dan gempa tektonik. Gempa bumi vulkanik merupakan gempa yang disebabkan oleh letusan gunung berapi, sedangkan gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi. Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi karena dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Letak Indonesia inilah yang menyebabkan Indonesia mendapat julukan Ring of Fire.

Adapun faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan akibat gempa bumi diantaranya adalah kekuatan gempa bumi, kedalaman gempa bumi, jarak hiposentrum gempa bumi, lama getaran gempa bumi, kondisi tanah setempat, dan kondisi bangunan.

Gempa Bumi Yogyakarta tahun 2006

27 Mei 2006, merupakan hari yang kelam bagi warga DIY dan sekitarnya pasalnya terjadi gempa bumi tektonik di D.I. Yogyakarta dengan kekuatan 5,9 Skala Richter. Titik gempa berada di sekitar 25 Kilometer selatan-barat daya Yogyakarta. Walaupun hiposenter berada di laut, tetapi gempa tidak menyebabkan tsunami. Gempa tersebut juga dirasakan di beberapa daerah sekitar Yogyakarta seperti Solo, Boyolali, Semarang, Purworejo, Kebumen, dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di Provinsi Jawa Timur seperti, Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar, dan Surabaya. Gempa tersebut mengakibatkan kerusakan bangunan yang cukup parah, seperti GOR Among Rogo, Institut Seni Indonesia, dan juga berdampak pada situs kuno yang ada di DIY seperti Candi Prambanan. Gempa Yogyakarta memakan korban yang cukup banyak, ada sekitar 5.800 orang dilaporkan meninggal dunia dan sebanyak 20.000 orang mengalami luka-luka.

Museum Gempa Bumi Boyolali

Di Boyolali, gempa juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerusakan material yang cukup parah. Dampak terbesar yang dirasakan di kabupaten Boyolali berada di kecamatan Sawit. Ada 9 dukuh yang terdampak gempa bumi Yogyakarta, dan dampak terparah di 3 dukuh, yaitu dukuh cepokosawit, kenteng, dan satriyan. Sekitar 216 rumah rusak dan 3 orang dikabarkan meninggal dunia serta 2 orang mengalami cacat fisik permanen. Menurut bapak Safoang, selaku Penjaga Museum "Proses pemulihan masyarakat terbilang cepat, kurang dari satu tahun, untuk pemulihan bangunan yang termasuk lama, karena bantuan dari pemerintah datang bertahap" (5/4/2022)

11 tahun kemudian, tepatnya 9 Januari 2017 dibangun Museum Gempa Bumi 2006 diatas lahan seluas 500 meter persegi. Lahan tersebut dulunya merupakan tempat untuk menyimpan cagar budaya atau benda benda kuno yang ditemukan di desa cepokosawit. Kemudian setelah adanya gempa bumi yang melanda daerah tersebut, maka dibangunlah Museum untuk mengenang peristiwa kelam tersebut dan menjadi wisata edukasi bagi masyarakat.

Museum Gempa Bumi 2006 berdiri di tengah hamparan sawah yang luas. Inisiator pendiri museum gempa bumi adalah bapak Sukoyo, S.H., M.H., beliau merupakan warga asli desa cepokosawit yang kini tinggal dan menetap di Jakarta. Pembangunan Museum sendiri menggunakan dana swadaya dari masyarakat sekitar, dan kemudian mendapat bantuan dari Bank Mandiri. Penyerahkan bantuan dana dari Bank Mandiri langsung diberikan oleh bapak Wimboh Santoso, beliau menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Mandiri pada saat itu, dan sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kebetulan beliau juga merupakan warga asli desa cepokosawit.

Monumen Gempa (Dokpri)
Monumen Gempa (Dokpri)

Pada bagian depan Museum yang berjarak 11 Kilometer dari pusat kota Boyolali ini terdapat monumen tinggi yang unik, Adapun filosofi dari monumen tersebut adalah, bola dunia menggambarkan bumi, 27 lembar daun pada pada tiga sayap menandakan 27 sebagai tanggal terjadinya gempa bumi, 5 bulatan dibawah bola dunia menandakan terjadinya gempa pada bulan kelima atau bulan mei, angka 2006 di puncak monumen menandakan gempa yang terjadi pada tahun 2006, kotak segi empat pada tiga sayap masing-masing lima menandakan kejadian pukul 05.55 WIB, kemudian dua belas kelopak bunga sakura di tengah menggambarkan desa cepokosawit terdiri dari 12 dukuh, 3 bulatan di tengah badan monumen menggambarkan tiga dukuh yang terkena dampak, tiga bunga segi empat di atas bulatan menggambarkan tiga dukuh dengan dampak terparah. Adapun inisiator dan desainer dari monument ini adalah bapak Sukoyo, S.H., M.H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun