Mohon tunggu...
Ahmad Jauhaari
Ahmad Jauhaari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Mahasiswa 2021 Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibumu, Ibumu, dan Ibumu

21 April 2022   23:49 Diperbarui: 21 April 2022   23:57 2087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di mata ibu sangat hebat, kuat, dan sabar. Sedikit kisah tentang ibu. Dulu setelah ayah meninggal, ibu mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan nya dan putra-putranya. Banyak pekerjaan yang ibu jalani seperti perias pengantin, salon kecantikan, dan bahkan tukang jahit. 

Saat aku kecil hampir setiap hari aku liat ibu menjahit, baik itu menjahit pakaian atau bordir. Ibu menjahit ini untuk garap pakaian-pakaian yang dipesan oleh bibi atau kakak dari ayahku karena beliau punya toko butik. Aku dulu inget banget tiap satu baju ibu dibayar 50 ribu. 

Aku tau karena akulah yang mengantar baju pesanan tersebut ke toko bibi saat bajunya sudah selesai. Saat aku sedang menulis cerita ini tiba-tiba aku teringat dosa besarku yang mungkin ibu sampai sekarang belum tau. Aku ingat dulu saat mengantar baju ke bibi kemudian bibi nanya "mamamu bisa bikin mukenah ta?". 

Nah pada saat itu aku belum tau apa itu mukenah. Dengan kedunguanku saat usia dini itu aku bilang "Oo mungkin gabisa". Kemudian bibi bilang "Ooo yaudah kalau gitu". Dan aku sadar sejak hari itu aku gapernah liat mama menjahit lagi dan aku sadar hal ini saat aku sudah dewasa sekarang. 

Saat aku sadar hal ini mendadak hatiku sakit banget, tahu bahwa jawabanku itu membuat ibu kehilangan satu pekerjaannya membuatku merasa berdosa besar. Sesaat aku langsung menangis dan ingin sekali langsung minta maaf ke ibu jika bisa. 

Dulu juga pernah saat aku TK kan aku sejak awal TK selalu diantar oleh tetanggaku yang diminta ibu untuk selalu nganterin aku setiap hari. Karena udah terbiasa mungkin ya namanya masih bocil ya. Pada suatu hari udah siap siap buat nganterin aku. 

Nah, aku kaget dong kok tiba tiba dianterin mama. Nah aku gamau dan aku maunya dianterin tetanggaku, mbak Ida namanya. Sampai sampai aku nangis rewel gamau dianter ibu. Saaat itu aku ingat sekali bagaimana ekspresi ibu saat itu. Sedih dan keliatan sekali beliau menjukkan wajah sedih. 

Akhirnya ibu memutuskan biar mbak Ida aja yang nganterin aku dan Ibu mau pergi belanja entah kemana. Kemudian saat pulang sekolah dan sampai rumah aku mendapati rumahku yang terkunci rapat. Saat itu yang kupikir "Oh mama belum pulang". Yaudah aku disuruh mbak ada di rumahnya dulu sampai pulang. 

Saat siang kemudian mama datang aku menunggu di depan rumah dan mama membawa susu dancow putih kesukaanku. Saat itu aku senang sekali dong yah arena aku masih kecil lah ya. Akan tetapi saat dewasa jika mengingat momen saat itu hatiku terasa hancur sekali. Ingin sekali aku ke masa itu untuk sujud minta maaf ke mama.

Saat artikel ini kutulis aku dala keadaan menangis tersedu sedu akan dosa dan kesalahanku pada mama saat beliau masih ada di dunia ini. Sekarang mama udah tenang dan bahagia di Surganya Allah sana. 

Sebenarnya masih banyak kisah dari perjalanan hidup mama yang sangat emas dan memotivasi sekali akan tetapi aku tidak kuat akan haru dan kerinduanku pada mama. Jadi mungkin sekian dari tulisan ini. Aku ingin berpesa kepada semua orang khususnya yang membaca artikelku ini. Tolong sayangi orang tua kalian terutama ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun