"Saya mengucapkan selamat kepada bapak Kepala Museum NTB dan semua staf atas semangat dan komitmen mereka untuk secara kreatif menghadapi tantangan masa kini, merupakan tanggung jawab kami semua sebagai pejabat museum baik di Indonesia maupun di Australia untuk melangkah keluar dari convort zone  dan mencari cara inovatif dan  fleksibel untuk menghidupkan koleksi-koleksi bagi pengunjung museum", tuturnya.
 Lanjut, pada abad ke 19, bahwa dikawasan negara eropa ide museum ini lahir pada saat yang sama dengan pameran internasional yang berbentuk ruang-ruang pameran barang perdagangan seperti kerajian dan kesenian eksotis dari manca negara. Semakin lama, tambahnya, pameran internasional itu mengalami pergeseran makna dan fungsi di abad 20, sehingga menurutnya Konsep mall modern seperti di epicentrum pada dasarnya berakar dari konsep pameran internasional yang lama.Â
"Kalo kita bandingkan di indonesia betapa mengherankan menyaksikan ke populeran mall dikalangan keluarga dan anak muda, itu berapa banyak orang yang mengunjungi mall setiap hari  seperti contohnya mall epicentrum, meskipun dengan daya pengeluaran yang terbatas dibandingkan dengan jumlah orang yang mengunjungi museum", ujarnya.
 Ia mengatakan bahwa ide-ide Mall ini memiliki potensi yang memang talah dimanfaatkan oleh beberapa museum di manca negara.  tetapi museum, sperti museum NTB ini, unik dan memiliki keistimewaan yang tidak pernah bisa ditiru oleh pusat perbelanjaan, seperti mall. "Saat saya melihat pameran itu, saya menyadari bahwa museum NTB ini adalah lembaga berbentuk museum situs untuk sejarah semua potensi", katanya.Â
Adapun peserta yang menghadiri kegiatan diskusi ini berjumlah 40 orang yang terdiri dari Bidang Kebudayaan Dikbud Kabupaten/Kota, Kepala Desa, maupun Mahasiswa. Diskusi tersebut berjalan meriah sampai penutupan berlangsung.