Mohon tunggu...
Ahmad Irfan
Ahmad Irfan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya manusia biasa...

Selanjutnya

Tutup

Money

Gerakan Kembali Ke Desa, Masih Sulitkah ?

31 Juli 2011   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:13 3075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1312077545927695113

[caption id="attachment_122465" align="aligncenter" width="421" caption="lombokjalanjalan.com"][/caption] Jumat kemarin, ada satu topik menarik yang saya dan teman-teman MAKES (Sebuah Lembaga Kajian Berbahasa Inggris di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar) diskusikan yakni "Rural Development : a Way to Achieve National Welfare". Kurang lebih intinya adalah bahwa untuk mencapai kesejahteraan nasional, maka salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah dengan pembangunan pedesaan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Indonesia adalah negara agraris, disebutkan bahwa 2/3 penduduk Indonesia hidup dipedesaan dan berprofesi sebagai petani.

Berdasarkan data Serikat petani Indonesia (spi.or.id),  jumlah petani di Indonesia saat ini mencapai sekitar 25 juta keluarga.  Dari jumlah tersebut, 13 juta keluarga merupakan petani gurem atau petani kecil. Menurut data terbaru BPS (bps.go.id), di Indonesia setidaknya terdapat rumah tangga petani sejumlah 17.830.832. Di tingkat nasional, jumlah petani dibagi menjadi: petani padi sebesar 14.992.137, jagung 6.714.695, kedelai 1.164.477 dan tebu 195.459.

Berbicara tentang desa, maka tidak akan lepas dari bidang Pertanian. Karena pekerjaan utama orang-orang di desa adalah bertani. Pertanian yang saya maksud disini adalah pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia.

Beberapa tahun terakhir ini, mungkin kita pernah mendengar Gerakan Kembali Ke Desa (GKD). Gerakan ini begitu giat di wacanakan di kota-kota besar di Indonesia. Sebagai orang desa, saya sangat menyambut baik gerakan ini. Jika tak salah, mantan bupati Jawa Timur Basofi Sudirman adalah salah satu sosok yang mencanangkan ide ini. Ada beberapa alasan mengapa masyarakat kota perlu dirangsang untuk hijrah ke desa, beberapa di antaranya :

-  Tingkat kriminalitas di desa lebih sedikit dibandingkan di kota -  Tingkat polusi di desa lebih sedikit dibanding di kota -  Jika pindah ke desa, akan memudahkan pemerataan penduduk -  Secara umum, kenyamanan hidup dan lingkungan di desa lebih baik daripada di kota -  Dengan pindah ke desa, maka akan meningkatkan pembangunan pedesaan.

Beberapa alasan diatas sangat masuk akal, namun pada faktanya masih sulit untuk membuat penduduk yang sudah menetap di kota untuk pulang atau hijrah ke desa. Beberapa kendalanya antara lain :


- Sarana dan prasarana (utamanya pendidikan) di desa masih kurang memadai dibanding di kota        (kesenjangan infrastruktur) -  Gaya hidup masyarakat kota yang  serba mudah dan praktis akan menyulitkan jika hidup di desa -  Lapangan pekerjaan masih sempit dan sedikit. dll. Alih-alih mengajak warga kota ke desa, yang terjadi selama ini malah sebaliknya. Urbanisasi hingga saat ini masih terjadi. Tidak dipungkiri, karena faktor-faktor diatas tadi. Sarana pendidikan dan lapangan pekerjaan di kota masih sangat menjanjikan. Maka dari itu, putera-putera daerah (termasuk saya...hehehe) setelah lulus SMP atau SMA, akan migrasi ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikan. Begitupun setelah selesai pendidikan dan kemudian bekerja, masih tetap tinggal dikota. Kenapa ? karena jika pulang ke desa, mau bikin apa ? bertani ?...

Ada banyak-bahkan menurut teman saya rata-rata- anak dari desa itu pintar-pintar dibangku sekolah/kuliah bahkan kadang-kadang lebih pintar daripada anak-anak kota. Jadi sebenarnya anak-anak dari desa itu tidak ada bodoh atau terbelakang dari segi pendidikan apalagi jika melanjutkan pendidikan di kota, hanya yang kurang dalam diri anak-anak desa itu (menunjuk diri sendiri..hehehe) adalah semangat untuk pulang ke desa dan membangun desanya. Kebanyakan jika sudah lulus hanya memikirkan karir dan masa depan sendiri, sangat kurang yang memiliki kesadaran untuk mengabdi kepada kampung halaman atau bercita-cita menjadi petani. Selain dari kesadaran pribadi dan beberapa alasan diatas, faktor kurangnya support atau bantuan dari pemda setempat (misalnya beasiswa) menjadi alasan mengapa banyak putera-putera daerah ogahpulang kampung. Menulis tentang hal ini, saya jadi teringat dengan kisah mantan Presiden B.J. Habibie yang disekolahkan ke luar negeri oleh Presiden Sukarno waktu itu. Disaat pak Habibie lagi diatas puncak prestasinya diluar negeri, dan tiba-tiba ia dipanggil untuk pulkam membangun Indonesia. Tanpa pikir panjang, pak Habibie langsung pulang ke Indonesia, padahal kalau mau, pak. Habibie bisa saja menolak. Tapi karena panggilan itu adalah panggilan Ibu Pertiwi, maka tidak ada alasan bagi beliau untuk menolak.

Kembali kepersoalan masyarakat desa. Saya sebenarnya khawatir dengan kondisi pedesaan kita saat ini, karena rata-rata petani yang masih setia dan tinggal didesa adalah petani-petani yang masih rendah taraf pendidikannya. Petani kita kebanyakan hanyalah lulusan SD atau hanya sampai SMP bahkan ada yang belum pernah sekolah sama sekali. Sebenarnya sudah banyak program dan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat dipedasaan dalam rangka menambah wawasan dan skill petani dalam bercocok tanam, beternak, bertambak dan lain-lain. Namun tetap saja dengan kondisi seperti itu tidak menjanjikan terjadinya peningkatan produktifitas pertanian didesa. Yang saya pikirkan saat ini, bagaimana seandainya petani-petani tersebut telah lanjut usia atau meninggal ? siapa lagi yang kiranya akan melanjutkan untuk menggarap sawah dan kebun yang mereka miliki ? Untung jika masih punya anak yang masih mau tinggal ? tapi jika anak-anaknya semua melanjutkan pendidikan dan bekerja di kota ? lantas siapa lagi yang menjadi petani ?

Memikirkan tentang pembangunan desa, tentunya menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Mulai dari pemerintah yang membangun infrastruktur dipedesaan, peningkatan produktifitas pangan, pemberian bantuan kepada para petani, perluasan bidang usaha dipedesaan (jadi tidak hanya berkutat dipertanian), pembangunan kesadaran putra-putri daerah agar membangun desanya, begitupun dengan Gerakan Kembali ke Desa yang harus senantiasa digalakkan.

Jadi, jika ada yang bertanya kepada saya, mau tidak kembali kedesa ? jawaban saya tentu saja mau. Sudah punya niat dan planning...tinggal masalah waktu bagi saya untuk pulkam ! :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun