Politik bukan hitam putih, melainkan  selalu ada ruang kompromi. Idealnya memang Mahfud MD sebagai cawapres Jokjowi seperi dipredeksi banyak kalangan. Tapi itulah politik, tak mungkin 9 partai kualisi Jokowi, termasuk yang mengklaim partai islam sekalipun,  semuanya rela menyerahkan jabatan cawapres yang sangat strategis kepada bukan kader  partai kualisi Jokowi, yang sangat mungkin 2024 dia akan mencalonkan  presiden meskipun urusan cawapres hak prerogratif presiden. Â
Demi kekompakan koalisi, saya yakin dan tidak salah Jokowi mengambil jalan tengah alias kompromi, memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres, yang penting mewakili islam/ulama dan tidak menimbulkan konflik intern kualisi Jokowi karena dari segi usia tak mungkin 2024 beliau mencalonkan presiden, sedangkan Wapres YK yang (mungkin) Â diharapkan mencawapres kembali terhalang UU Pilpres.Â
Yang lebih tak terduga lagi, atas takdir Tuhan, kualisi Prabowo-Sandi Uno berani menentang dan tidak menindak lanjuti rekomendasi ijtima'ulama mereka sendiri, tapi justru Jokowi yang merespon positif perpaduan nasionalis religius, apapun alasannya.Â
Pertanyaan yang paling mendasar ialah, beranikah mereka yang mengaku dirinya sebagai ulama, mengkhianati dan menentang  rekomendasi dan fatwanya  sendiri dengan tidak mendukung  Jokowi yang nasionalis berpasangan dengan Ma'ruf Amin yang religius, apapun alasannya.  Siapa tau  Tuhan sedang menguji imannya orang yang mengaku paling islami. Â
"...Kejayaan hanya bagi Allah, Rasul-Nya dan kaum yang beriman"(Q.63:8). Wallaahulmuwaffiq ilaa aqwamiththariiq.