Sabtu pagi, jalanan seputar Jabodetabek, mengalami peningkatan jumlah pengendara. Kemacetan disana sinipun takterhindarkan. Mungkin salahsatu penyebabnya adalah karena masyarakat secara bersamaan melakukan kegiatan diluar jam kerja. Ada yang membawa seluruh keluarganya dalam satu kendaraan roda dua, dan berbagai model berkendara lainnya, yang tumpah dan menjadi satu di jalanan. Semua mengarah pada masing-masing tujuan dan agendanya.
Begitupun saya. Tapi kali ini, saya bersama kang Rhoma,nama panggilan salah satu sahabat, tetangga dan Paralegal LBH Inpartit, yang namanya mirip dengan saya, Ahmad Fauzi. Kami berdua bareng dalam satu tujuan, tapi menggunakan kendaraan yang berbeda satu sama lain. Sama-sama kendaraan roda dua, berjenis kelamin jantan----untuk tidak mengatakan motor gede--- kami satu sama lain saling kejar, layaknya pembalap liar, gank motor, anak-anak muda masakini.
Kamipun, akhirnya telat datang dalam acara undangan jamuan tasyakuran, atas pemenangan kasus sengketa Masjid Alkautsar, antara warga masyarakat yang diwakili RT, RW dan Kelurahan melawan oknum Yayasan, yang diadakan oleh masyarakat perumahan Masnaga, Bintara Jaya, Kota Bekasi. Meski telat, rupanya hidangan belum disuguhkan sepenuhnya. Artinya, Gulai kambing beserta kawan-kawannya, masih utuh dan hangat di dapur. Perkiraan saya.
Benar saja, setelah rapat dan tanya jawab seputar kasus hukum dan agenda mendesak lainnya soal Masjid dan lingkungan, adzan dhuhur berkumandang. Kamipun break dan melakukan sholat dhuhur berjama'ah yang diimami langsung oleh haji Makmun, ketua DKM pilihan masyarakat melalui proses musyawarah dan voting. Yang belakangan, dikuatkan oleh putusan PN Bekasi, dan terakhir putusan PT. Jawa barat.
Selesai sholat, diskusi dan musyawarah dilanjutkan. Meskipun dilakukandengan santai, sama sekali tidak mengurangi sakralitas dan pentingnya pembahasan. Santai, karena musyawarah dan pembahasan dilakukan sambil makan gulai kambing dan kawan-kawannya. Tentu menambah suasana semakin segar dan menentramkan.
Dalam suasana yang sedemikian segar, H. Zaini, salah satu tokoh Masyarakat, membuat Joke segar yang menambah betapa nikmatnya gulai kambing saat itu.
Dia bilang begini, " kenapa masjid kita, pada umumnya tidak kunjung makmur, meskipun ada pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM)?" Tanyanya. Yang kemudian dijawab sendiri.
"Itu semata-mata karena jamaah sukanya membawa Parang saat datang ke Masjid, tanpa menggunakan peci". Sampai disini, kami belum nyambung dan tidak paham apa maksud pak haji yang merupakan orang berpengaruh dilingkungan tersebut, bahkan mungkin Bekasi. Diapun melanjutkan bicarnya, sambil mengunyah sate.
"nah, sekarang coba ceck kotak amal, lebih banyak gambar parang pattimura (uang pecahan ribuan : Red), ataukah gambar pak karno (uang seraturribuan : Red) yang pakai peci". Sontak, semua tertawa terbahak-bahak. Karena mulai mengerti apa maksud dari yang disampaikan oleh H. Zaini.
"Demikian alasan kenapa, masjid hingga saat ini masih belum makmur. Jelasnya sambil ketawa lebar, "mengutip salah satu khotib pada kesempatan jum'at". Akunya.